Presiden Joko Widodo Tinjau Pengoperasian Kilang TPPI

Tuban, Presiden Joko Widodo melakukan peninjauan ke kilang Trans Pacific Petrochemical Indotama (TPPI) di Tuban, Jawa Timur, Rabu (11/11). Mendampingi Presiden dalam acara tersebut, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, Kepala Staf Kepresidenan Teten Masduki, Gubernur Jawa Timur Sukarwo, Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja dan Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto.

Dalam kunjungan itu, Presiden sempat mengisahkan perjalanan pengoperasian kilang TPPI. Dikatakan, pada tahun 2006 TPPI memulai operasi dengan bahan baku yang berasal dari Pertamina. "Kemudian ada masalah lagi karena tidak bisa membayar sehingga menjadi masalah hukum yang sudah berlangsung empat tahun dan berhenti beroperasi," ucapnya.

Saat mengetahui TPPI didera masalah hukum, Presiden menyampaikan saat itu, agar masalah hukum diselesaikan di wilayah hukum. "Di wilayah ekonomi dan bisnis harus jalan. Target kemarin, Oktober harus dimulai," ujar Presiden. ?

Untuk itulah, Presiden bersama Ibu Iriana Joko Widodo berkunjung ke TPPI untuk memastikan bahwa TPPI telah beroperasi. "Saya cek di sini, meski baru 70% tapi sudah dimulai. Dan Insya Allah pada akhir tahun mencapai 100%," katanya.

Dengan beroperasinya TPPI, lanjut Presiden, impor Premium dapat berkurang hingga19%. Tapi, jika proses di TPPI Tuban digabungkan dengan proses RFCC Cilacap, akan menurunkan impor Premium hingga 29%. Bahkan pada bulan Desember 2015 penghematan impor akan mencapai 36%. "Dan Solarnya mencapai sekarang 40%, nantinya tidak akan ada impor pada akhir tahun," ucap Presiden.

Proses-proses produksi Premium, Solar, LPG dan HOMC 92 (dikenal sebagai Pertamax 92) yang akan dikerjakan di komplek TPPI Tuban ini. Ke depan, komplek ini akan menjadi Komplek Industri Petrokimia di Indonesia. "Sebuah keputusan politik yang tadi diputuskan di dalam rapat dan kita harapkan nantinya, turunan-turunan dari proses produksi disini semuanya akan dihasilkan di komplek industri petrokimia itu," ujar Presiden.

Bahan-bahan turunan itu adalah seperti petrochemical, seperti paraxylene, Orthoxylene, Benzene, dan Toluene yang dibutuhkan oleh industri nasional. "Ini adalah masa depan industri dasar petrokimia di Indonesia, jangan berhenti," tukas Presiden.

Dirut PT Pertamina Dwi Soetjipto menjelaskan, pengoperasian kilang ini diperkirakan akan menghemat devisa sekitar US$ 2,2 miliar setahun dari pengurangan impor BBM dan LPG. Kilang TPPI dapat menghasilkan sekitar 61.000 barel per hari Premium, 10.000 barel per hari HOMC dan 11.500 barel per hari Solar. Sedangkan produksi LPG mencapai 480 metrik ton per hari.

"Total penghematan devisa negara dari BBM dan LPG dari TPPI mencapai sekitar US$2,2 miliar. Manfaat pengoperasian TPPI ini tentu saja tidak sebatas penghematan devisa, akan tetapi banyak aspek, mulai dari sentimen positif terhadap investasi, ketenagakerjaan, dan efek berganda lainnya," terang Dirut Pertamina Dwi Soetjipto.

Pengoperasian kembali TPPI juga memonetize investasi sebesar US$ 2,15 miliar yang ditanamkan sebelumnya. "Yang tidak kalah penting, sekitar 700 orang dapat kembali bekerja mengimplementasikan keahliannya di TPPI dan sekitar 2.000 lapangan kerja di sekitar TPPI kembali terbuka sebagai efek berantai dari pengoperasian TPPI,” kata Dwi. (TW)

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.