Singapura, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi Djoko Siswanto tampil sebagai pembicara pada International Safety Case Symposium ke-2 di Singapura, 26-27 Maret 2019. Kegiatan ini merupakan kerja sama National University of Singapore (NUS), Singapore Institute of Technology (SIT), UON Singapore dan TÜV Rheinland.
Tujuan utama acara simposium ini adalah menyediakan wahana bagi para pemangku kepentingan global dalam bidang keselamatan untuk saling berbagi, belajar dan berdiskusi berbagai topik kasus keselamatan. Acara ini juga ditujukan untuk membangun jaringan bagi para pemangku kepentingan dalam industri keselamatan.
Direktur Jenderal Migas Djoko Siswanto dalam kesempatan tersebut menyampaikan paparan mengenai keselamatan dalam industri migas Indonesia. Paparan diawali dengan menyampaikan prinsip pengelolaan migas di Indonesia serta beberapa proyek hulu migas yang sedang dan akan dilaksanakan.
“Indonesia punya UU no 22 tahun 2001 tentang Minyak dan Gas Bumi serta UU no 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja dan UU no 32 tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. Selain itu, keselamatan migas juga diatur dalam beberapa Peraturan Pemerintah dan Peraturan Menteri ESDM,” jelas Djoko Siswanto dalam paparannya.
Pada intinya, pembinaan dan pengawasan keselamatan migas di Indonesia menganut visi Instalasi Migas yang Efektif, Efisien, Aman, Andal dan Akrab Lingkungan dengan indikator tidak adanya pencemaran lingkungan, tidak adanya kerusakan peralatan atau instalasi, tidak adanya kecelakan kerja, dan tidak adanya kerugian masyarakat.
Pada penyelenggaraan yang pertama di tahun 2018, simposium ini mampu mendatangkan lebih dari 230 peserta dari 15 negara di seluruh dunia. Penyelenggaraan yang ke-2 ini mengangkat tema “Teknologi, Metodologi dan Regulasi”. (AS)