Jakarta, ASEAN Council on Petroleum (ASCOPE) pada tahun 2018 melaksanakan studi terkait penggunaan small scale LNG di kawasan ASEAN. Hasil studi ini rencananya akan dilaporkan pada pertemuan Para Menteri Energi ASEAN ke-37 di Bangkok, Thailand, pekan ini.
Studi terkait penggunaan small scale LNG didorong oleh beberapa kondisi diantaranya kebutuhan listrik di wilayah yang tersebar dan terpencil, belum terbangunnya infrastruktur transmisi dan distribusi gas, serta sumber gas domestik yang jauh dari lokasi konsumen.
Penggunaan small scale LNG juga dipengaruhi oleh sejumlah faktor pendorong seperti biaya listrik dari diesel yang masih tinggi, semakin meningkatnya kesadaran masyarakat atas pengaruh emisi, telah tersedianya infrastruktur, dan kebutuhan akan ketahanan energi.
Pemanfaatan small scale LNG untuk pembangkit listrik sangat potensial di negara-negara dengan banyak pulau dan wilayah terpencil seperti Indonesia, Myanmar dan Filipina. ASCOPE memproyeksikan bahwa pada tahun 2030 kebutuhan small scale LNG di ASEAN akan mencapai 10-16 mmtpa melalui penggunaan gas untuk pembangkit listrik.
Studi ASCOPE ini menghasilkan beberapa rekomendasi bagi ASEAN. Rekomendasi pertama adalah dorongan kepada ASEAN untuk meningkatkan kesiapan penggunaan small scale LNG melalui pembangunan terminal LNG dan terminal impor di kawasan ASEAN. BUMN subsektor migas se-ASEAN dan para pemangku kepentingan lainnya juga didorong untuk melaksanakan capacity dan capability building di bidang LNG.
Di sisi pemerintahan, reformasi regulasi seperti penetapan harga pasar, cost reflective tariff, dan open access juga disarankan untuk dilakukan. Selain itu, regulasi bidang lingkungan perlu lebih diperketat.
Rekomendasi yang tidak kalah penting adalah perlunya kerja sama kawasan termasuk membangun pasar gas, saling berbagi pengetahuan, dan adopsi standar yang sudah umum. (AS)