"Dengan menggunakan teknologi canggih dan dukungan
finansial, dalam waktu pendek dapat ditemukan gas dari CBM," kata
Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo.
Evita mengemukakan, PT
Ephindo yang mengelola wilayah kerja CBM di Sumatera dan Kalimantan,
meyakini dalam waktu 2 tahun dapat ditemukan gas.
"Tapi saya tambahin setahun, jadi 3 tahun. Dalam waktu itu gas dari CBM sudah dapat dihasilkan," kata Evita.
Hingga saat ini, sudah
ditandatangani 7 kontrak kerja sama CBM. Jumlah ini akan bertambah lagi
dengan ditandatanganinya 4 kontrak kerja sama CBM pada awal Mei
mendatang.
CBM merupakan sumber energi alternatif masa depan
Indonesia. Potensi cadangan CBM Indonesia cukup besar yaitu sekitar
453,3 TCF yang tersebar di Sumatera dan Kalimantan. Potensi terbesar
CBM berada di Sumatera Selatan yakni mencapai 183 TCF.
Pada awal kegiatan
operasionalnya, dibutuhkan biaya yang cukup besar mengingat
karakteristik deposit yang berbeda dengan gas alam konvensional. CBM
adalah gas bumi yang terperangkap di dalam batu bara. Melalui proses
pengeboran tertentu, CBM diekstrasi dari lapisan deposit batu bara.
Proses ekstrasi yang dilakukan tidak akan mengurangi deposit batu
baranya, karena yang diambil hanya CBM yang terperangkap.