“Saya minta agar dihitung kembali besaran biayanya dan
akhirnya turun menjadi antara US$ 5-6 per MMBTU,†kata Dirjen Migas Departemen
ESDM Evita H. Legowo di Departemen ESDM disela-sela acara Sertijab MESDM,
kemarin petang.
Untuk mengembangkan lapangan yang dioperatori PT Pertamina dan PT Medco itu, biaya yang diperlukan sekitar US$ 3,7 miliar, dengan perincian US$ 1,7 miliar untuk pengembangan upstream dan US$ 2 miliar untuk downstream. Dengan estimasi nilai tukar rupiah terhadap dolar sebesar Rp 10.000, maka biaya yang diperlukan sekitar US$ 37 triliun.
Dari hasil perhitungan operator sebelumnya, harga gas Donggi-Senoro di wellhead (mulut sumur) mencapai US$ 6,16 per MMBTU. Jika diangkut ke Pulau Jawa dan ditambah proses lainnya, maka harga diperkirakan sekitar US$ 12 per MMBTU. Angka ini sama dengan jika dijual ke Jepang.
Sebelumnya untuk pengembangan Donggi-Senoro, pihak operator telah mendapat dukungan dari Mitsubishi dan Jepang (JBIC). Namun karena gas dari lapangan itu diputuskan untuk konsumen domestik, dikhawatirkan pihak Jepang menolak membiayai karena tidak mendapat jaminan pasokan gas.