Demikian dikemukakan Menteri
ESDM Darwin Zahedy Saleh dalam Rapat kerja dengan Badan Anggaran DPR, Selasa
(15/3) petang. Hadir pula dalam raker tersebut, Menteri Keuangan Agus Martowardojo,
Meneg BUMN Mustafa Abubakar, Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo,
Kepala BPMIGAS R. Priyono dan Dirut PT Pertamina Karen Agustiawan.
Tambahan produksi minyak dari
lapangan baru dan POP itu, jelas Darwin, berasal dari 11 kontraktor kontrak kerja
sama (KKKS) yaitu Kodeco yang mengelola Lapangan KE-30, KE-32, KE-38, KE-39 dan
KE-54, Job PPEJ untuk Lapangan Sukowati Phase 4, Kangean Energy yang mengelola
Lapangan Pagerungan Utara Offshore dan JOB P-Talisman JM untuk Lapangan Pulau
Gading dan Sungai Kenawang.
Selain itu, Sumatera Persada
Energi untuk Lapangan Pendalian, Sele Raya untuk Lapangan Tampi dan West
Belani, Medco Rimau yang mengelola Lapangan Meta dan Kalabau, Total E&P
untuk Lapangan Peciko Phase 7B dan Handil Phase 4, JOB P-Medco Tomori untuk Lapangan
Tiaka North, Total EP Indonesie yang mengelola
Lapangan Tunu Shallow Phase 2 dan CPI untuk lapangan Kota Batak.
Dia memaparkan, secara
alamiah, lapangan minyak eksisting mengalami penurunan produksi sekitar 12% per
tahun. Dengan upaya optimasi produksi (effort)
penurunan produksi dapat ditahan sampai 3% per tahun.
Saat ini, rata-rata produksi minyak bumi mencapai 906,7 ribu barel per hari. Penyebabnya, antara
lain masih belum rampungnya perbaikan anjungan KKKS Kodeco di Selat Madura.
Sedangkan rata-rata lifting minyak
mulai Desember 2010 sampai dengan 9 Maret 2011 mencapai 896,9 ribu barel per
hari. Target APBN 2011, produksi minyak sebesar 970 ribu barel per hari.
Dengan pertimbangan tren produksi yang cenderung menurun
sejak 1998 karena lapangan yang berproduksi sudah tua, kendala teknis
operasional dan non teknis, dalam raker tersebut, Darwin menyampaikan bahwa lifting minyak bumi 2011 diperkirakan
pada kisaran 945-970 ribu barel per hari.