Cekungan terbanyak berada di
Sumatera yaitu berjumlah 3 cekungan, seperti Baong Shale, Telisa Shale dan Gumai
Shale. Sedangkan di Pulau Jawa dan Kalimantan, shale gas masing-masing berada di 2 cekungan. Di Papua, berbentuk klasafet formation.
Gas unconventional
lain yang dikembangkan pemerintah adalah gas metana batubara (CBM). Potensi CBM Indonesia sangat besar yaitu yaitu 453,3
TCF yang tersebar pada 11 cekungan hydrocarbon. Dari sumber daya
tersebut, cadangan CBM sebesar 112,47
TCF merupakan cadangan terbukti dan 57,60 TCF merupakan cadangan potensial.
CBM Indonesia berada di cekungan Sumatera Selatan (183
TCF), Barito (101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF) dan Sumatera Tengah (52,5 TCF) untuk
kategori high prospective. Cekungan Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4
TCF), Ombilin (0,5 TCF), Pasir/Asam-Asam (3,0 TCF) dan Jatibarang (0,8)
memiliki kategori medium. Sedangkan cekungan Sulawesi (2,0 TCF) dan
Bengkulu (3,6 TCF) berkategori low prospective.
CBM telah
diusahakan secara komersial di sejumlah negara seperti Amerika Serikat, Kanada,
China dan Australia. Berdasarkan evaluasi yang dilakukan pemerintah, kondisi
pengusahaan CBM di Indonesia lebih mendekati ke Powder River Basin USA di mana
tingkat kematangan batubara berada pada sub-bituminus.
â€ÂHingga saat ini, telah ditandatangani 32 wilayah kerja
CBM dan diharapkan pada tahun ini dapat dihasilkan listrik dari CBM,†tambah Evita.
Selain itu, menurut rencana, dua tahun mendatang
Indonesia juga akan mulai mengembangkan tight
gas. Tight gas adalah gas alam yang
terperangkap pada batuan pasir yang ketat serta berpotensi dikembangkan dengan
pola fracturing lapisan batuannya. Potensi tight gas di Indonesia masih dalam kajian pemerintah. Namun
diperkirakan berada di Kalimantan Timur, Jawa, Sumatera Selatan dan Sumatera
Utara. Negara yang telah mengembangkan tight
gas adalah Amerika Serikat.