Menurut Kepala Dinas Humas dan Hubungan
Kelembagaan BPMIGAS Elan Biantoro, rata-rata produksi gas mencapai 8.662 juta
kaki kubik per hari, sementara produksi minyak sebesar 905 ribu barel per hari.
“Turunnya produksi minyak tertolong kinerja gas,†kata Elan di Jakarta,
Kamis (24/2).
Dia mengakui, produksi minyak mengalami
banyak kendala. Setidaknya terjadi 105 kejadian yang menyebabkan kehilangan
potensi produksi, seperti penghentian produksi secara tidak terduga (unplanned
shutdown), masalah penerima produksi (off taker) dan keterlambatan
proyek. “Potensi kehilangan produksi mencapai 37,85 ribu barel per hari,†kata
dia.
Unplanned shutdown
karena kejadian alam, seperti hujan, petir, gelombang tinggi, dan banjir
menjadi penyumbang terbesar dengan potensi kehilangan produksi lebih dari 10
ribu barel per hari. Belum lagi kerusakan fasilitas produksi yang menyebabkan
berhentinya operasi dengan potensi kehilangan lebih dari 8.000 barel per hari.
Beberapa hambatan lain yang tidak tercatat sebagai
kehilangan produksi, namun berkontribusi terhadap pencapaian produksi juga
terjadi. Misalnya saja, tumpang tindih lahan yang berdampak pada pengunduran
jadwal pemboran sumur pengembangan yang terjadi di beberapa kontraktor, seperti
Chevron Pacific Indonesia, Petrochina Jabung, Pertamina EP, dan JOB Talisman
Jambi Merang. Contohnya, Chevron tidak dapat melaksanakan pemboran 50 sumur
pengembangan di Lapangan Minas, Riau karena masalah pembebasan lokasi.
“Kami terus melakukan monitoring ketat agar
kendala-kendala yang dihadapi kontraktor di lapangan dapat segera
diselesaikan,†kata Elan.
Pengawasan secara lebih intensif, katanya,
dilakukan kepada lima kontraktor besar yang produksinya turun cukup signifikan.
Kontraktor-kontraktor tersebut adalah Chevron Pacific Indonesia, Pertamina EP,
Total E&P Indonesie, Conocophillips, dan Kodeco Energy. Masing-masing
kontraktor tersebut, produksinya turun hingga 10 ribu barel per hari.
BPMIGAS dan kontraktor kontrak kerja sama
berupaya meminimalisir gangguan produksi dan masalah non teknis yang terjadi di
lapangan. “Kalau berjalan lancar, kami optimis target produksi dan penerimaan
negara dari sektor hulu migas bisa tercapai,†tambahnya.