Hal ini dikemukakan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono pada temu pers mengenai kunjungan kenegaraan Perdana Menteri Kuwait Sheikh Nasser Al Mohammad Al Ahmed Al Sabah sekaligus penandatanganan sejumlah kesepahaman kerja sama antara Pemerintah Indonesia dan Kuwait di berbagai bidang di Istana Merdeka Jakarta, kemarin.
SBY mengatakan kendati bukan menjadi prioritas pembahasan, harapan tersebut telah disampaikannya kepada Pemerintah Kuwait.
Dari pertemuan itu, jelasnya, diketahui realisasi pembangunan kilang minyak di Selayar masih terkendala akibat adanya pergantian struktur kepemilikan Hemoko di Kuwait.
"Meski tidak dibahas secara khusus, namun dari pertemuan itu kami ketahui semacam pergantian kepemilikan terhadap Hemoko yang ada di Kuwait dan ini masih menunggu penyelesaian yang konkret," ujar Kepala Negara.
Meski ada pergantian kepemilikan, dia berharap rencana pembangunan kilang minyak di Selayar tetap berjalan. Terkait hal itu, Yudhoyono mengatakan kedua pihak telah menjadwalkan pada Juli 2007 akan ada pertemuan antara Pertamina, Hemoko, dan perusahaan perminyakan lainnya yang terlibat pada pembangunan kilang minyak itu di Indonesia.
Pertemuan itu, ditargetkan akan mampu mematangkan perencanaan dan persiapan pembangunan.
Seusai temu pers, Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal M. Lutfi mengatakan dari sisi Indonesia, permintaan investor untuk mendapatkan keringanan pajak (tax allowance) sudah dapat dipenuhi dengan diterbitkannya UU Investasi dan PP No. 1/2007 tentang Fasilitas Pajak Penghasilan untuk Penanaman Modal.
Lebih jauh, Presiden Yudhoyono mengemukakan harapannya agar Hemoko segera mewujudkan pembangunan kilang minyak itu untuk membuka lapangan pekerjaan, dan membantu distribusi bahan bakar minyak di Tanah Air. (Sumber: Bisnis Indonesia)