Dirjen Migas Kementerian ESDM
Evita H. Legowo menjawab pertanyaan wartawan usai menutup acara Indogas 2011, Kamis (27/1) petang,
mengemukakan, PT Pertamina berhak mengelola 2 blok CBM di Sumatera Selatan.
Sedangkan BP mengelola 1 blok di Kalimantan.
Dua perusahaan tersebut,
menggunakan aturan lama sehingga blok-blok itu tidak ditenderkan.
â€ÂMereka sudah bekerja lama.
Cuma prosesnya belum tuntas. Baru sekarang (selesai),†jelasnya.
Menurut rencana,
penandatanganan KKS akan dilakukan di Kementerian ESDM pada Februari mendatang.
Sebelumnya, pemerintah berencana penandatanganan dilakukan bersamaan dengan
pembukaan Indogas 2011. Namun lantaran proses administrasinya belum tuntas, acara
penandatanganan ditunda.
Mulai 2007 hingga 2010, telah
ditandatangani 23 WK CBM. Pemerintah menargetkan pada tahun ini dapat dilakukan
penawaran 13 WK CBM dan penandatanganan 10 KKS CBM.
Cadangan gas
metana batu bara (CBM) Indonesia mencapai 453,3 TCF. CBM adalah gas alam dengan
dominan gas metana dan disertai sedikit hidrokarbon lainnya dan gas
non-hidrokarbon dalam batu bara hasil dari beberapa proses kimia dan fisika.
CBM sama seperti gas alam conventional yang kita kenal saat ini, namun
perbedaannya adalah CBM berasosiasi dengan batu bara sebagai source rock
dan reservoir-nya. Sedangkan gas alam yang kita kenal, walaupun sebagian
ada yang bersumber dari batu bara, diproduksikan dari reservoir pasir,
gamping maupun rekahan batuan beku. Hal lain yang membedakan keduanya adalah
cara penambangannya di mana reservoir CBM harus direkayasa
terlebih dahulu sebelum gasnya dapat diproduksikan.
CBM diproduksi
dengan cara terlebih dahulu merekayasa batu bara (sebagai reservoir) agar
didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar gasnya. Proses rekayasa diawali
dengan memproduksi air (dewatering) agar terjadi perubahan kesetimbangan
mekanika. Setelah tekanan turun, gas batu bara akan keluar dari matriks batu
baranya. Gas metana kemudian akan mengalir melalui rekahan batu bara (cleat)
dan akhirnya keluar menuju lobang sumur. Puncak produksi CBM bervariasi antara
2 sampai 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi (decline) lebih
lambat dari gas alam conventional.