Dari 8 SPBU baru tersebut, menurut Deputi Direktur Pemasaran dan Niaga Pertamina Hanung Budya pada kunjungan Dirjen Migas Departemen ESDM Luluk Sumiarso ke SPBU Vi-Gas di Jakarta Timur, akhir pekan lalu, dua diantaranya dalam tahap pembangunan yaitu di Jl. Abdul Muis Jakarta Pusat dan Jl. HR. Rasuna Said Jakarta Selatan.
Sementara 6 lainnya masih dalam tahap persiapan yaitu di Jl. Cikini Raya Jakarta Pusat, Jl. Pakubuwono Jakarta Selatan, Jl. S. Parman Jakarta Barat, Jl. Yos Sudarso Jakarta Utara, Jl. Daan Mogot (Jakarta Barat) dan Jl. MT Haryono Jakarta Selatan.
â€ÂSPBU vi-gas lebih mudah dibangun karena tidak membutuhkan jaringan pipa gas,†jelas Hanung.
Ia menjelaskan, Pertamina berminat mengembangkan vi-gas lantaran ketersediannya yang cukup banyak di dalam negeri, memungkinkan diaplikasikan pada qwilayah yang belum terjangkau jaringan pipa gas, harga converter kit vi-gas lebih murah daripada converter kit BBG dan mempercepat program penggunaan gas di sektor transportasi.
â€ÂDengan sumber daya yang besar, vi-gas cukup aman dikonsumsi 5-10 tahun ke depan,†tambahnya.
Vi-gas merupakan nama dagang sejenis bahan bakar gas yang diberi nama LGV (liquified gas for vehicle). Bahan bakar gas ini diformulasikan untuk kendaraan bermotor yang menggunakan spark ignition engine terdiri dari campuran propane (C3) dan butane (C4).
Jenis kendaraan yang potensial menjadi konsumen vi-gas adalah mobil pribadi dan mobil kecil seperti taksi dan angkot karena kapasitas tangkinya mempunyai daya muat untuk menempuh jarak sama dengan BBM serta tekanan LGV rendah (low pressure) kurang lebih 8-12 bar dibandingkan BBG (CNG) sebesar 200 bar.
Saat ini vi-gas masih dijual dengan harga subsidi yaitu Rp 3.600 per liter. Namun ke depan, harganya akan dijual sesuai keekonomian, tak jauh beda dengan pertamax.