“Ya atau tidaknya itu, 1 Januari nanti. Semua persiapan
kita lakukan, tapi kan ada pertimbangan-pertimbangan yang harus
dilakukan oleh internal departemen dan sekarang masih dilakukan pembahasan.
Kita masih ada beberapa waktu untuk menyelesaikan ini, sebelum 1 Januari,†kata
Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro seusai mendonorkan darahnya di Lobby
Departemen ESDM, Selasa (18/12) pagi.
Hal-hal yang menjadi bahan pertimbangan pemerintah dalam
pengambilan keputusan itu, antara lain perkembangan harga minyak dunia serta
kondisi sosial dan ekonomi masyarakat.
PT Pertamina sendiri sebagai pelaksana, menurut Purnomo,
juga telah menyatakan kesiapannya melaksanakan tugas. Singkatnya, tinggal
menunggu lampu hijau dari pemerintah.
Ketika ditanya apakah pemerintah dalam memutuskan program
pengalihan ini juga mempertimbangkan keadaan politik, Purnomo membantahnya. Ia
menjelaskan, tidak ada waktu untuk mempertimbangkan aspek politik.
“kita tahu normatif ke depan, semua bergerak menuju
subsidi langsung. Kalau memang pertimbangan politik, nggak ada waktu.
Hitam bisa jadi putih atau putih bisa jadi hitam. Kita sudah alami ini,†katanya
dengan nada yakin.
Program pengalihan premium oktan 88 ke 90 atau 84, hingga
saat ini masih dikaji oleh Ditjen Migas bersama instansi terkait. Dirjen Migas
Departemen ESDM Luluk Sumiarso mengemukakan, sebagai staf, pihaknya terus
mempersiapkan rencana ini. Jadi nanti jika pemerintah memutuskan akan
melaksanakan program itu, semuanya telah siap.
Ide pengalihan premium bermula ketika harga minyak dunia
terus meroket dan bahkan mendekati US$ 100 per barel. Untuk mengantisipasi
beban subsidi yang ikut melangit, pemerintah menyiapkan langkah pengalihan
premium oktan 88 ke 90 atau 84. Rencananya, semua pemilik kendaraan pribadi
harus menggunakan premium ini, sementara premium oktan 88 atau 84 hanya
digunakan untuk transportasi umum.