Demikian kesimpulan Rapat Kerja Pemerintah dengan Badan Anggaran DPR, Kamis (5/6). Hadir dalam raker tersebut, Menteri ESDM Jero Wacik, Menteri Keuangan Chatib Basri, Gubernur BI Agus Martowardojo, Plh. Dirjen Migas Heri Poernomo dan Plt. Kepala SKK Migas J. Widjonarko.
Pembahasan mengenai penghematan penggunaan BBM bersubsidi dan kenaikan tarif listrik, rencananya akan dilakukan mulai pekan kedua Juni 2014.
Menteri ESDM Jero Wacik dalam raker mengatakan, seperti pada pertemuan sebelumnya, pemerintah mengusulkan pengurangan volume BBM bersubsidi sebesar 2 juta KL untuk tahun 2014 menjadi 46 juta KL. Hal ini didasarkan pada perhitungan bahwa penggunaan BBM bersubsidi hingga April mencapai 15 juta KL. Hingga akhir tahun, volume BBM bersubsidi yang terpakai diperkirakan sekitar 45 juta KL. Ditambah liburan sekolah, lebaran, akhir tahun serta pemilihan presiden, konsumsi BBM bersubsidi diperkirakan mencapai 46 juta KL.
Opsi penghematan volume BBM bersubsidi yang diajukan pemerintah, antara lain implementasi Permen ESDM No 01 tahun 2013 tentang Pengendalian Penggunaan BBM, peningkatan pengawasan oleh BPH Migas, konversi BBM ke gas dan pengurangan nozzle BBM bersubsidi.
Wacik mengakui, penghematan penggunaan BBM bersubsidi ini lebih sulit dibanding menambah pendapatan negara dari sektor ESDM. Namun pihaknya akan tetap melakukan upaya tersebut.
"Penghematan itu sudah dengan effort yang keras karena tiap tahun kebutuhan meningkat. Motor naik 11 juta unit per tahun, sedangkan mobil 1,2 juta unit," katanya.
Sementara itu mengenai wacana tidak dijualnya BBM bersubsidi pada hari libur, katanya, sulit dilakukan karena dikhawatirkan masyarakat akan berbondong-bondong membeli BBM bersubsidi pada hari Jumat.
"Masyarakat kita sudah lihai. Nanti setiap Jumat malam, mereka antri memenuhi tangkinya dan Sabtunya tetap bisa jalan-jalan dengan menggunakan BBM subsidi," ujar Wacik. (TW)