Kepala Badan Geologi Kementerian ESDM R. Sukyar dalam
laporannya mengemukakan, workshop
diselenggarakan dengan latar belakang adanya berbagai kendala dalam usaha
peningkatan produksi migas. Beberapa masalah yang berkembang di
dalam sektor migas tersebut antara lain tumpang tindih lahan dan informasi data
geosain untuk eksplorasi sektor migas.
Dari tahun ke tahun konsumsi dan kebutuhan migas di dalam negeri selalu
meningkat sementara produksinya semakin mengalami penurunan. Pada sektor hulu
migas diketahui bahwa dari 128 cekungan sedimen, baru sekitar 16 cekungan yang sudah
berproduksi.
â€ÂHal ini kemungkinan
disebabkan minimnya data geosain pada cekungan frontier sehingga investor
kurang tertarik untuk berinvestasi pada cekungan yang minim data dan informasi
geosain tersebut,†katanya.
Produksi minyak dan gas bumi masih berasal dari lapangan lapangan yang relatif
tua. Penemuan dan penambahan cekungan migas baik melalui kegiatan eksplorasi
maupun peningkatan produksi melalui Enhanced
Oil Recovery (EOR) tidak sebanding dengan laju kebutuhan sumber daya
energi.
Pengembangan dan peningkatan produksi di sektor hulu migas memerlukan informasi
data geosain secara komprehensif, agar mampu menarik investor dalam negeri
maupun luar negeri. Data hasil survei cekungan migas baik permukaan ataupun
bawah permukaan yang telah dikumpulkan oleh berbagai instansi perlu dikelola
dan diatur agar dapat dianalisis dan disajikan menjadi suatu konsep baru di
bidang geosain yang dapat yang dimanfaatkan bagi para pelaku usaha migas.
Workshop dihadiri oleh para pemangku
kebijakan sektor migas di lingkungan Kementerian ESDM dan BPMIGAS serta para
akademisi, pelaku industri, organisasi profesi dan para pakar yang kompeten di
bidang eksplorasi hulu migas.
Sasaran yang akan dicapai dalam workshop ini adalah tersusunnya langkah-langkah strategis untuk
meningkatkan produksi migas, merekomendasikan road map ekplorasi migas dan mempermudah akses data dan informasi
geosain.