Perusahaan-perusahaan tersebut memenangkan lelang pada 5
wilayah kerja dari total 16 wilayah kerja yang ditawarkan. Penandatanganan
kerja sama diharapkan dapat dilakukan pada 8 Oktober mendatang, bersamaan
dengan rapat kerja Menteri ESDM dengan KKKS.
Total komitmen pasti eksplorasi dari perusahaan-perusahaan
tersebut untuk 3 tahun pertama masa eksplorasi mencapai US$ 91,5 juta dan bonus
tanda tangan US$ 20 juta. Komitmen pasti tersebut terdiri dari studi geologi
dan geofisika sebesar US$ 5,5 juta, survei seismik 2D sepanjang 9.500 km sebesar
US$ 8 juta, survei seismik 3D sepanjang 2.850 km2 sebesar US$ 25 juta dan
pemboran sumur eksplorasi 3 sumur dengan nilai investasi sebesar US$ 53 juta.
Mengenai hanya 5 pemenang lelang regular yang menjadi
pemenang kali ini, Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo mengatakan
tidak terlalu senang karena hasil ini jauh di bawah harapan.
“Kami sudah mencoba mengoreksi diri, mengapa hal ini bisa
terjadi. Saya harap investor tetap mau bekerja sama dengan kami,†kata Evita.
Berdasarkan hasil analisa, lanjutnya, minimnya perusahaan
yang memasukkan dokumen partisipasi adalah krisis ekonomi global, krisis nasional
terutama terkait dengan cost recovery
dan kondisi teknis.
“Pada waktu wilayah kerja ini ditawarkan pada bulan April,
bersamaan dengan krisis global. Selain itu, isu mengenai cost recovery dan terakhir adalah kondisi teknis di mana ada
beberapa lapangan yang menjadi tetangga wilayah kerja yang ditawarkan ternyata dryhole. Mereka takut akan bernasib
seperti itu,†jelas Evita.
Berdasarkan data Ditjen Migas, dari 16 wilayah kerja yang
ditawarkan, 15 diantaranya diminati investor. Namun ketika pemasukan dokumen, ternyata
hanya 5 wilayah kerja yang betul-betul diminati.
Wilayah kerja migas yang tidak laku tersebut, akan kembali
menjadi daerah bebas dan bisa ditawarkan kembali.