“Australia
bertekad menghasilkan LNG dari CBM tahun 2014. Kalau kita ingin jadi pionir,
maka sebelum itu sudah harus bisa menghasilkan LNG dari CBM,†kata Dirjen Migas
Kementerian ESDM Evita H. Legowo.
Harapan Indonesia
untuk menjadi pionir, lanjutnya, dimungkinkan karena infrastruktur telahtersedia yaitu menggunakan kilang Bontang.
Jika LNG receiving terminal di Jawa
Barat dan Sumatera telah selesai pada tahun 2011, maka LNG dari CBM tersebut
dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan di Jawa dan Sumatera.
Sebelumnya pada acara IndoCBM bulan April lalu, President
dan CEO Vico Indonesia Craig Steward, menyatakan tekadnya untuk memproduksi LNG
dari CBM pada tahun 2012 dengan memanfaatkan kilang LNG Bontang.
Potensi gas metana batu bara (coal bed methane/CBM) Indonesia sangat besar yaitu yaitu
453,3 TCF yang tersebar pada 11 cekungan hydrocarbon. Dari sumber daya
tersebut, cadangan CBM sebesar 112,47 TCF merupakan cadangan terbukti dan 57,60
TCF merupakan cadangan potensial.
CBM Indonesia berada di cekungan Sumatera Selatan (183
TCF), Barito (101,6 TCF), Kutei (89,4 TCF) dan Sumatera Tengah (52,5 TCF) untuk
kategori high prospective. Cekungan Tarakan Utara (17,5 TCF), Berau (8,4
TCF), Ombilin (0,5 TCF), Pasir/Asam-Asam (3,0 TCF) dan Jatibarang (0,8)
memiliki kategori medium. Sedangkan cekungan Sulawesi (2,0 TCF) dan Bengkulu
(3,6 TCF) berkategori low prospective.
CBM telah diusahakan secara komersial di sejumlah negara
seperti Amerika Serikat, Kanada, China dan Australia. Berdasarkan evaluasi yang
dilakukan Pemerintah, kondisi pengusahaan CBM di Indonesia lebih mendekati ke
Powder River Basin USA dimana tingkat kematangan batu bara berada pada sub-bituminus.