Harga LGV direncanakan Rp 1.000 per liter di bawah harga keekonomian,
sehingga diperlukan subsidi. Hal ini diharapkan menjadi pilihan menarik bagi
masyarakat untuk menggunakannya, kata Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H.
Legowo.
Ia memaparkan, dengan jumlah converter kitLGV tahun 2012 sebanyak 250.000 unit, kebutuhan LGV diperkirakan sekitar 0,23 juta
liter. Dengan demikian, subsidi yang diperlukan sekitar Rp 0,23 triliun.
Alokasi subsidi LGV ini, untuk meningkatkan ketahanan
energi, mendorong diversifikasi bahan bakar transportasi ke bahan bakar gas,
bahan bakar gas lebih ramah lingkungan dan kualitas pembakaran LGV setara RON 98.
Selain itu, harga LGV lebih tinggi dibandingkan dengan
BBM bersubsidi, tetapi masih lebih rendah dari harga BBM non subsidi,
tambahnya.
LGV merupakan hahan bakar gas yang diformulasikan
untuk kendaraan bermotor yang menggunakan spark ignition engine terdiri
dari campuran propane (C3) dan butane (C4).
Bahan bakar gas ini tekanannya
18 bar, lebih rendah dibandingkan Compressed
Natural Gas (CNG) yang mencapai 200 bar. Tabungnya juga lebih kecil.