"Di komisi VII
DPR waktu rapat-rapat di awal saya jadi menteri, selalu dikatakan kita
ini mau menggunakan gas selalu "omdo". Omong doang. Tidak kerja-kerja. Merah
kuping saya waktu awal-awal jadi Mentri ESDM. Pikiran yang benar, pindah
ke gas kok omong doang. Jadi saya tidak mau dicap sebagai mentri yang omong
doang. Makanya mari kita kerjakan konversi dari BBM ke bahan bakar
gas," ucapnya pada peresmian SPBG pertama yang dibangun PT PGN di Pondok
Ungu, Bekasi, Selasa (24/12) siang.
Kebijakan konversi BBM ke bahan bakar gas, lanjutnya, harus dilakukan karena
harganya yang ekonomis, produksi di dalam negeri juga banyak serta ramah lingkungan.
Penggunaan bahan bakar gas diyakini akan meningkatkan bahan bakar gas.
"Kita punya (produksi) minyak makin berkurang, sehingga harus impor.
(Sementara) kita punya gas banyak sekali dan makin bertambah. Kita ekspor
gasnya. Maka logika kita yang baik dan benar adalah kurangi penggunaan minyak
dan tingkatkan penggunaan gas," katanya penuh semangat.
Agar konversi BBM ke bahan bakar gas berjalan dengan baik, lanjut Wacik,
pihaknya bekerja sama dengan PT Pertamina dan PT PGN untuk membangun infrastruktur
gas seperti SPBG dan SPBG mobile (Mobile Refuelling Unit/MRU) serta terminal
terapung (FSRU). Selain itu, juga menggandeng pemerintah daerah agar
menggalakkan penggunaan gas untuk kendaraan umum seperti angkot dan taksi,
kendaraan dinas pemerintah serta truk-truk yang menggunakan BBM non subsidi.
Diakui Wacik, jumlah SPBG yang ada saat ini belum sebanyak SPBG di Thailand
yang jumlahnya telah mencapai ratusan. Namun ia yakin, apabila masyarakat telah
mengetahui dan merasakan manfaat penggunaan bahan bakar gas, jumlah SPBG yang
dibangun akan bertambah jumlahnya secara signifikan.
"Kalau mau punya SPBG 100 atau 1000 di masa depan, harus dimulai dari
angka 1, 2 dan seterusnya. Nanti kalau terus begini (dibangun) akan jadi 100,
1000 SPBG," pungkas Wacik.
Seperti biasanya pada awal penggunaan barang baru, katanya, akan lebih rumit
atau membingungkan. Namun kalau sudah terbiasa, maka penggunaan gas untuk bahan
bakar akan lebih menguntungkan bagi masyarakat.
Pembangunan SPBG yang memakan biaya sekitar Rp 18 miliar ini, akan
digunakan untuk kendaraan umum di wilayah Bekasi seperti taksi, angkot, bus
Trans Jakarta dan kendaraan pribadi. SPBG dilengkapi dengan 2 dispenser yang
masing-masing memiliki kapasitas penyaluran gas 1.000 meter kubik gas per hari.
Satu dispenser melayani kendaraan besar seperti bus dan satu dispender melayani
kendaraan kecil seperti taksi, angkot dan kendaraan pribadi.
Pembangunan SPBG ini juga merespon tingginya lalu lintas kendaraan yang hilir
mudik ke Jakarta setiap harinya sebesar 60% dari total warga Bekasi. (TW)