“Konversi
BBM ke gas itu sudah menjadi policy,
dilakukan secara bertahap dan tidak akan terburu-buru,†demikian diungkapkan
Menteri ESDM pada konferensi pers yang dilangsungkan di kantor Kementerian
ESDM,
Jero Wacik menyampaikan, secara bertahap pengguna BBM akan pindah ke gas, sehingga
converter kit tidak harus
bersamaan dipasang langsung pada 250.000 mobil sekaligus. “Tidak seperti itu,
di Malaysia saja untuk mengkonversi 41.000 mobil dibutuhkan waktu 17 tahun,
tetapi kita harus lebih cepat dari Malaysia,†ujarnya.
Sementara itu, lanjut Menteri ESDM, pengalihan
Premium ke Pertamax selain lebih mahal diperlukan dispenser yang berarti
memerlukan proses. Sehingga, opsi yang tumbuh belakang ini yaitu menurunkan
subsidi premium per liter,"katanya.
Ia menuturkan, konversi ke gas sudah menjadi suatu keharusan. “Niat Pemerintah
sangat serius karena BBM semakin mahal, produksi minyak nasional semakin
berkurang, sementara gas kita melimpah,†ujarnya.
Menteri ESDM menjelaskan, dalam rapat kerja dengan komisi VII DPR-RI,
Pemerintah telah diminta untuk menyusun roadmap
program konversi tersebut. Pemerintah dan DPR sepakat bahwa terkait dengan
perubahan subsidi BBM akan melalui mekanisme APBN-Perubahan yang disepakati
bersama antara Pemerintah dan DPR. "Bisa saja dengan Perpu, tetapi APBN-P
lebih dipilih untuk dibicarakan lebih lanjut pada raker berikutnya," ujar
Menteri.
Pada kesempatan yang sama, Dirjen Migas, Evita H Legowo menyampaikan bahwa
pembatasan BBM bersubsidi, akan dimulai dari kendaraan dinas (pelat merah).
“Selain konversi ke gas, kendaraan instansi Pemerintah akan diwajibkan
menggunakan Pertamax mulai 1 April 2012,†ujar Evita.