Dimulainya
konstruksi proyek tersebut, ditandai dengan
groundbreaking dan peletakan batu pertama oleh Direktur Gas Pertamina Hari
Karyuliarto bersama Direktur Utama Rekayasa Industri Mochammad Ali Harsono yang
didampingi Direktur Utama Pertagas Hendra Jaya dan Direktur Utama Perta Arun
Gas Teuku Khaidir di Plantsite LNG Arun, Lhokseumawe, Aceh Utara, Sabtu (9/11).
Hari Karyuliarto dalam siaran pers mengatakan, 40 tahun lalu Pertamina bersama
mitra-mitranya telah menandatangani kontrak jual beli LNG yang menjadi cikal
bakal dibangunnya kilang Arun. Ketika era sebagai produsen LNG memasuki masa `sunset`
karena menipisnya pasokan sumber gas, maka Arun LNG harus memasuki perubahan
menjadi era baru sebagai LNG Storage & Regasification Terminal.
Proyek konversi kilang LNG menjadi regasifikasi pertama di dunia ini, tuturnya,
telah melalui beberapa tahapan penting. Setelah diputuskan oleh pemerintah pada
2012, Pertamina menetapkan Final
Investment Decision pada Februari 2013 dan menetapkan Rekayasa Industri
sebagai pelaksana engineering,
procurement and construction pada
Maret 2013.
Proyek Arun LNG Storage &
Regasification Terminal didesain memiliki kapasitas sebesar 400 MMSCFD atau
setara dengan 3 juta ton per tahun. Saat ini, proyek tersebut memiliki komitmen
pasokan gas sebanyak 120 MMSCFD yang dialokasikan untuk PLN.
"Kami akan terus berupaya mencari tambahan pasokan gas agar kapasitas
terpasang dari fasilitas tersebut dapat dioptimalkan," tambahnya.
Dikombinasikan dengan proyek pembangunan pipa transmisi gas open access Arun-Belawan, Pertamina
hingga Oktober 2014 akan menginvestasikan sebanyak US$ 570 juta, dengan US$ 80
juta diantaranya untuk proyek regasifikasi LNG. Proyek pipa transmisi gas open access Arun-Belawan pada akhir
Desember 2013 akan tuntas 50% dari panjang total 340 km sehingga Pertamina
optimistis kedua proyek tersebut akan tepat waktu. (TW)