Momentum ini juga menjadi pintu
bagi kegemilangan industri LNG tanah air yang kedua, setelah pada dekade 70-an
Indonesia berhasil menjadi pionir bagi monetisasi gas bumi menjadi LNG untuk
tujuan ekspor melalui dua fasilitas kilang LNG yaitu di Bontang (Kalimantan
Timur) dan Arun (NAD).
Hadir
dalam pengapalan perdana ini, Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo,
Dirjen Kelistrikan Kementerian ESDM Jarman dan Wakil Kepala BPMIGAS Hardiono.
Dalam
sambutannya, Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo menyambut baik
pengapalan perdana tersebut dan berharap pencapaian ini akan menjadi awal terciptanya
keseimbangan pemanfaatan energi di Indonesia.
Dikatakannya,
sebanyak 65% energi dimanfaatkan di Indonesia bagian Barat atau Pulau Jawa.
Padahal, sebagian besar sumber energi berlokasi di luar Jawa. Jika sumber
energi seperti gas itu tidak bisa dibawa ke Indonesia bagian Barat, maka dapat
mengganggu pertumbuhan ekonomi.
Pengiriman
LNG tersebut diperkirakan tiba di lokasi FSRU
Teluk Jakarta di Muara Karang pada 30 April 2012. FSRU Teluk Jakarta yang bernama Nusantara Regas Satu, telah selesai
dibangun di Jurong Shipyard, Singapura, dan telah dikirim ke Muara Karang untuk
mulai menerima pasokan LNG dari Bontang. FSRU
itu mentediakan gas untuk pembangkit listrik PT PLN melalui jaringan pipa offshore sepanjang kurang lebih 15
kiometer.
Gas
yang digunakan PT Badak NGL untuk menghasilkan LNG dipasok dari Blok Mahakam
dengan operator Total E&P Indonesie. Sampai dengan 21 April 2012, PT Badak
NGL telah melakukan 8.085 pengapalan LNG yang sepenuhnya diekspor dan hasilnya
sepenuhnya menjadi pemasukan negara. PT Badak NGL akan memasok LNG sebesar
11,27 juta ton selama 11 tahun untuk PT Nusantara Regas sebagai bentuk dukungan
program pemerintah dalam program diversifikasi energi.
PT Nusantara Regas
merupakan perusahaan patungan antara PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan
Gas Negara (Persero) Tbk dengan komposisi saham masing-masing 60% : 40%.