Studi kelayakan ini, menurut Dirjen Migas Kementerian ESDM
A. Edy Hermantoro, akhir pekan lalu, berbiaya Rp 17 miliar. Sebelumnya,
pemerintah berencana pada tahun 2013 dapat melakukan basic engineering design dan front
engineering design dengan dana Rp 250 miliar. Namun rencana tersebut
diubah, hanya sampai tahap studi kelayakan.
Sisa dana yang tersedia, akan digunakan untuk pelaksanaan konversi BBM
ke LPG di daerah-daerah yang belum terkonversi.
Pembangunan kilang diharapkan rampung pada 2018. Proyek multiyears ini diperkirakan memakan
biaya sekitar Rp 90 triliun. Menurut Edy, kilang APBN diharapkan tidak hanya
menghasilkan produk bahan bakar minyak semata, tetapi juga produk aromatik agar
marjin yang dihasilkan dapat ekonomis.
“Kita arahnya nggak seperti dulu. Kalau dulu, orientasinya
bangun kilang untuk BBM. Kalau hanya bahan bakar aja, marjinnya tipis,†ujar
Edy.
PT Pertamina mendapat penugasan untuk pelaksanaan pembangunan kilang lebih lanjut. Saat ini, perusahaan pelat merah itu sudah melakukan lelang untuk pelaksanaan studi kelayakan. (TW)