Upaya optimalisasi produksi migas terus dilakukan Pemerintah. Upaya mulai dari penerapan teknologi optimalisasi produksi, reaktifasi lapangan/sumur idle, dan eksplorasi potensi migas. Selain itu, beberapa kebijakan baru juga disiapkan.
Terkait penerapan teknologi optimalisasi produksi, beberapa progres berjalan antara lain Pertama, Enhanced Oil Recovery (EOR) Pertamina di Blok Rokan khususnya lapangan Minas. Untuk tahap awal di Minas area-A ditargetkan mulai injeksi chemical tahun depan. Sedangkan produksi full scale-nya di Minas area-B s.d. area-E rencananya mulai produksi tahun 2030. Namun Pemerintah minta produksi lebih cepat. Sebagaimana arahan Bapak Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) agar dipercepat paling lambat tahun 2029.
Kedua, kerja sama dengan Petrochina di Blok Rokan. Hal tersebut sebagaimana tindak lanjut pertemuan Menteri ESDM dengan pihak China pada rangkaian Indonesia-China Energy Forum (ICEF) ke-7 di Bali awal September 2024. "Menindaklanjuti pertemuan ICEF dan pembahasan teknis, Pertamina kooperatif membuka ruang kerja sama optimalisasi produksi dengan Mitra. Rencananya di lapangan Minas area-F dijajaki kerja sama operasi (KSO) Pertamina dengan Petrochina", ungkap Direktur Pembinaan Usaha Hulu Migas Ariana Soemanto.
Ketiga, kerja sama dengan Sinopec di 5 lapangan potensial Pertamina. Tim teknis sudah evaluasi teknologi ke lapangan di China bulan lalu dan lakukan pembukaan data migas oleh Pertamina ke Sinopec didukung ESDM dan SKK Migas. Selanjutnya Tim teknis Sinopec akan turun ke 5 lapangan Pertamina tersebut dalam waktu dekat. Lima lapangan tersebut yaitu Rantau, Jirak, Tanjung, Pamusian, Zulu.
Kementerian ESDM bersama SKK Migas mulai jajaki kemungkinan kebijakan insentif untuk EOR. "Kita mulai rancang bersama antara ESDM dan SKK Migas bagaimana ketentuan teknisnya agar dapat mendorong penerapan EOR lebih atraktif," tambah Direktur Ariana. (AFB)