“Kapal
harus selesai tepat waktu agar produksi penuh Proyek Banyu Urip tetap sesuai
target,†kata Deputi Pengendalian Operasi, BPMIGAS, Gde Pradnyana sebelum
upacara Strike Steel FSO
di Singapura, Jumat (31/8). Hadir dalam kesempatan itu Senior Vice President
dan General Manager Mobil Cepu Limited (MCL), Kenneth C. Dowd, Managing Director Sembawang, P. K. Ong,
dan Kepala Divisi Penunjang Operasi, BPMIGAS, Amir Hamzah.
Kapal
double
Gde
mengingatkan, penyelesaian pekerjaan harus memerhatikan kualitas dan efisiensi
biaya, serta standar keselamatan yang tinggi. Dalam pelaksanaan konversi juga
perlu dioptimalkan keterlibatan kapasitas nasional, termasuk pergantian
kepemilikan kapal menjadi berbendera
Pembangunan
fasilitas produksi penuh Lapangan Banyu Urip merupakan pekerjaan besar dengan
kompleksitas yang tinggi. Pekerjaan ini dibagi ke dalam
Gde
menjelaskan, Proyek Banyu Urip menunjukkan perkembangan yang cukup
menggembirakan. Awal pekan ini, juga telah diresmikan pembangunan EPC 2 yakni
jalur pipa darat berdiameter 20 inci sepanjang 72 kilometer. Selain itu,
Pemerintah Daerah Kabupaten Bojonegoro telah mengeluarkan seluruh ijin prinsip
untuk pembangunan fasilitas proses produksi (EPC 1) dan fasilitas infrastruktur
yang termasuk dalam EPC 5.
Yang
masih belum terselesaikan, katanya, terkait keterlibatan komponen lokal daerah,
khususnya untuk lingkup pekerjaan di EPC 1. BPMIGAS telah berkomitmen proyek
tersebut mesti dapat memberikan manfaat bagi masyarakat Bojonegoro. Di sisi
lain, standar industri hulu migas yang cukup tinggi harus tetap terpenuhi.
“Kami mendorong agar Pemda, kontraktor, dan MCL secara intensif berkomunikasi
untuk mencari solusi,†kata Gde.
Dia
mengungkapkan, Proyek Banyu Urip perlu mendapatkan perhatian secara
khusus. Untuk itulah maka BPMIGAS telah membentuk tim tersendiri yang disebut
Wasdal (Pengawas dan Pengendali) Proyek Banyu Urip.
Kenneth
menambahkan, lapangan Banyu Urip merupakan proyek yang diharapkan bisa
meningkatkan produksi minyak nasional. Dengan cadangan sekitar 450 juta barel
minyak, Banyu Urip merupakan lapangan dengan cadangan minyak terbesar yang
masih belum tereksploitasi. Saat ini, produksi minyak Banyu Urip berada di
kisaran 24.000 barel per hari. Angka ini diharapkan akan mencapai 165.000 barel
per hari saat fasilitas pengembangan penuh selesai dibangun pada pertengahan
2014.