“Peningkatan produksi minyak bumi sangat penting untuk menunjang pertumbuhan ekonomi. Sejarah mencatat, sudah 22,8 milyar barel minyak dikeluarkan dari perut bumi Indonesia, dan bisa dibayangkan 50% dari itu sekitar 11 milyar barel dihasilkan dari sini (Lapangan Minas) dan ini maknanya adalah pembangunan Indonesia sejak zaman dahulu dan lebih gegap-gempita saat kita mengenal Repelita I, II , III, IV, V dan sampai sekarang, dari mana kalau bukan dari migas,†ujar Rudi.
Pembangunan yang ada di Indonesia pada saat itu, lanjutnya, sebanyak 70% berasal dari dari migas. Singkatnya, migas menjadi tulang punggung APBN.
Proyek Injeksi Perdana Uji Coba
Lapangan Surfaktan Minas, Rumbai, Provinsi Riau oleh PT CPI bertujuan menguji
efektifitas teknologi polimer surfaktan dalam meningkatkan produksi minyak
mentah yang tidak dapat lagi diangkat menggunakan metode sekunder dalam
perolehan minyak, seperti injeksi air yang digunakan di Lapangan Minas saat
ini.
Proyek berbiaya US$ 165 juta tersebut terdiri atas lapangan sumur yang
memiliki 20 sumur yang dibor langsung ke posisi bawah permukaann tanah dengan
kedalaman 2.200 kaki, atau sekitar 670 meter dan jika melihat jumlah sumur dan
penggunaan surfaktan .
Proyek pilot surfactant flooding ini merupakan salah satu contoh dari upaya-upaya Chevron yang berkelanjutan untuk menambah cadangan minyak yang bisa diproduksikan dari lapangan-lapangan tua di Minas yang saat ini sudah menggunakan metode recovery sekunder sebagai proyek waterflood terbesar di Asia Tenggara.
Lapangan Minas merupakan lapangan minyak di daratan yang sudah tua dengan cadangan di kedalaman yang dangkal dan telah memproduksi 4,5 milyar barel sejak berproduksi di tahun 1954. Proyek pilot ini akan memberikan informasi yang diperlukan untuk mendukung keputusan apakah teknologi ini ekonomis untuk diterapkan di lapangan Minas. Kemitraan Chevron dengan Indonesia telah berlangsung selama 88 tahun