“Untuk itu, terbuka peluang pengembangan kerja sama di bidang energi,†kata Presiden SBY dalam Business Luncheon di Hotel Shangrila, Kamis (3/10). Dalam kesempatan itu, Presiden didampingi sejumlah menteri, antara lain Menko Perekonomian Hatta Radjasa, Menteri ESDM Jero Wacik serta Menteri Perindustrian M. Hidayat.
Presiden melanjutkan, bersama dunia usaha Indonesia, baik di pusat maupun daerah, kalangan dunia usaha Tiongkok bisa menjalin kerja sama yang saling menguntungkan. Kerja sama ini juga dapat mempercepat pembangunan ekonomi di seluruh wilayah Indonesia
Selain energi, Presiden SBY juga menawarkan kerja sama di bidang infrastruktur karena melihat potensi yang sangat besar bagi partisipasi pelaku bisnis dari Tiongkok. Apalagi saat ini Indonesia tengah giat-giatnya mengimplementasikan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI) di banyak koridor, dari Sumatera hingga Papua serta dari Kalimantan hingga Nusa Tenggara.
“Banyak sekali
infrastruktur yang akan kita bangun, mulai dari jalan dan jembatan, pelabuhan
laut dan bandar udara, hingga telekomunikasi tercanggih,†tambahnya.
Delapan tahun yang lalu, tahun 2005, Tiongkok dan Indonesia meletakkan tonggak
sejarah baru dalam hubungan bilateralnya, dengan membangun Kemitraan Strategis
(Strategic Partnership) di antara
kedua negara. Deklarasi Kemitraan Strategis itu dilakukan di Jakarta waktu itu,
antara Presiden Hu Jintao dengan Presiden SBY.
Selanjutnya pada 2 Oktober 2013, kedua negara meningkatkan hubungan bilateral menjadi
Kemitraan Strategis yang komprehensif (Comprehensive
Strategic Partnership) yang deklarasinya
dilakukan antara Presiden SBY dengan Presiden Xi Jinping. Kemitraan strategis itu
dibangun berlandaskan prinsip-prinsip kesetaraan, timbal balik, saling
meng-hormati dan tentunya saling membawa manfaat di antara kedua negara. (TW)