Pembahasan
dipimpin Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo sebagai Ketua Tim
pengarah dan dihadiri oleh para pejabat instansi terkait seperti Balitbang
Kementerian ESDM, Ditjen Minerba Pabum Kementerian ESDM, BKPM, Departemen Luar
Negeri, BPMIGAS, Departemen Keuangan, Departemen Perindustrian, PT Pertamina
dan PT Bukit Asam serta asosiasi.
Pembahasan
ini merupakan tindak lanjut penandatanganan kerja sama pengembangan CTL antara
Kepala BKPM Gita Wirjawan dan Ernst Oberholster, Managing Director Sasol Synfuels International di London
pada 3 Desember 2009 lalu.
Evita
mengemukakan, pengembangan CTL sejalan dengan Energy Mix 2025 yang menargetkan komposisi energi baru terbarukan
dapat mencapai 17%, dimana 2% diantaranya berasal dari pencairan batu bara. CTL
dapat digunakan untuk rumah tangga, transportasi, industri dan pembangkit
listrik.
Potensi
batu bara
Pertemuan
Tim Nasional CTL Indonesia dengan Sasol, antara lain membahas mengenai studi
bersama yang akan dilakukan, biaya, hak intelektual dan skema bisnis.
Pemerintah mengharapkan bahan bakar yang diproduksi dari CTL dapat mencapai 80.000
barel per hari. Negara lain yang telah mengembangkan CTL adalah Afrika Selatan
dan
Sasol merupakan salah satu produsen bahan bakar sintetis
berbasis batu bara terbesar di dunia, berkapasitas 160.000 barel setara minyak
per hari. Teknologi CTL mengubah batu bara jenis lignite yang berkadar kalori rendah menjadi minyak bakar cair.