Sementara harga Minas/SLC
mencapai US$ 117,89
per barel atau turun sebesar US$ 8,04/bbl dari US$ 125,93 per barel pada bulan sebelumnya.
Penurunan
harga minyak mentah Indonesia tersebut, sejalan dengan perkembangan harga
minyak mentah utama di pasar internasional yang diakibatkan oleh beberapa
faktor, yaitu tingginya
harga minyak saat ini
menjadi salah satu faktor yang menghambat recovery perekonomian
dunia khususnya di negara-negara OECD sehingga dapat mengakibatkan turunnya
permintaan minyak
global.
Selain itu, menurunnya
perkiraan permintaan minyak mentah dunia tahun 2011 oleh beberapa lembaga
analis pasar minyak, sebagai berikut :
- IEA (International
Energy Agency) dalam laporan bulan Mei 2011 memperkirakan pertumbuhan
permintaan minyak 2011 sebesar
1,3 juta bph atau turun sebesar 0,2 juta bph dibandingkan perkiraan
dalam laporan bulan
April 2011.
- EIA (Energy Information
Administration) memperkirakan pertumbuhan permintaan minyak
2011 sebesar 1,4 juta bph atau turun sebesar 0,1
juta bph dibandingkan perkiraan laporan bulan April 2011. Hal ini
terutama dipengaruhi oleh melemahnya perkiraan permintaan minyak dari kawasan
Amerika Utara akibat tingginya harga.
Penurunan
harga minyak juga disebabkan oleh beberapa indikator ekonomi
yang menunjukan melemahnya prospek
perekonomian dunia tahun 2011,
antara lain IMF merevisi perkiraan pertumbuhan GDP untuk beberapa kawasan (OECD
Amerika Utara turun sebesar 0,2%, OECD Pacifik turun sebesar 0,2% dan Non OECD
Afrika turun sebesar 1,1%), peningkatan angka pengangguran di AS dan GDP Jepang
untuk triwulan I 2011 turun 3,7% dibanding tahun sebelumnya
Menguatnya
nilai tukar Dollar AS terhadap sejumlah mata uang utama dunia, terutama Euro,
khususnya akibat masalah krisis hutang di Zona Eropa (Yunani dan
Portugal) dan Bank Central Eropa yang mempertahankan tingkat suku bunga,
sehingga menurunkan daya tarik komoditas minyak mentah yang dinilai dengan
Dollar AS serta meningkatnya stok minyak mentah AS sebesar
4,4 juta barrel dibandingkan April 2011.
Untuk kawasan
Asia Pasifik, penurunan harga disebabkan
perekonomian Jepang yang masih menunjukan ketidakpastian pasca bencana gempa
dan tsunami. Penjualan
kendaraan di Jepang pada bulan April turun hingga 51% dibandingkan
periode yang sama tahun sebelumnya sedangkan konsumsi minyak, terkecuali minyak direct
burning, menunjukan penurunan yang diindikasikan dari menurunnya impor minyak mentah Jepang
sebesar 1,4 juta bph pada triwulan I 2011 ( rata-rata impor 2,6 juta bph)
dibandingkan periode yang sama tahun 2010 (rata-rata impor 4,0 juta bph).
Namun demikian walaupun harga minyak mengalami penurunan
tetapi harga masih relatif tinggi yang ditopang oleh faktor Geopolitik di
Afrika Utara dan Timur Tengah, OPEC tidak meningkatkan pasokannya dan masih
tingginya konsumsi minyak Jepang, khususnya jenis direct burning.
Perkembangan
harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Mei 2011
dibandingkan bulan April 2011, sebagai berikut:
- WTI
(Nymex) turun sebesar US$ 8,68/bbl dari US$ 110,04/bbl menjadi US$ 101,36/bbl.
- Brent
(ICE) turun sebesar US$ 8,58/bbl dari US$ 123,09/bbl menjadi US$ 114,51/bbl.
- Tapis
(Platts) turun sebesar US$ 8,81/bbl dari US$ 130,29/bbl menjadi US$ 121,48/bbl.
- Basket
OPEC turun sebesar US$ 8,15/bbl dari US$ 118,02/bbl menjadi US$ 109,87 /bbl.