Kontribusi lifting
gas terbesar berasal dari lima kontraktor kontrak kerja sama (Kontraktor KKS) yaitu
Total E&P Indonesie, ConocoPhillips (Grissik) LTD, PT Pertamina EP, BP
Berau LTD dan PetroChina International Jabung LTD. “Lima Kontraktor KKS ini
berkontribusi melebihi 75 persen dari total lifting gas,†ujar Pelaksana Tugas
Kepala SKK Migas J. Widjonarko dalam siaran persnya.
Di tengah menurunnya cadangan minyak, peningkatan produksi gas bumi menjadi
harapan bagi sektor hulu migas Indonesia, terutama dengan semakin tingginya
permintaan gas domestik. Volume pemanfaatan gas bumi untuk domestik telah
meningkat signifikan dari 1,480 BBTUD di tahun 2003 menjadi 3,774 BBTUD di
tahun 2013 atau meningkat sebesar 155%. Sejak tahun 2013, volume gas untuk
domestik telah melebih volume gas untuk ekspor, yaitu 3,774 BBTUD (52,6%) untuk
domestik dan 3,402 BBTUD (47,4%) untuk ekspor.
Widjonarko mengatakan, industri hulu migas siap untuk memenuhi kebutuhan gas
domestik selama infrastrukturnya tersedia. “Ketersediaan infrastruktur menjadi
kunci pemanfaatan gas untuk kebutuhan domestik,†ujarnya.
Sementara itu terkait dengan minyak bumi, prognosa lifting tahun 2014 adalah
sebesar 798.000 barel per hari (BOPD) atau sebesar 97,6% dari target 818.000
BOPD yang tertuang di dalam APBN-P. Pencapaian ini tidak lepas dari kerja keras
industri hulu migas dalam menghadapi tantangan-tantangan di lapangan, antara
lain gangguan operasional produksi (gangguan fasilitas, gangguan sumur, kendala
penyerapan minyak, dan lain-lain), mundurnya onstream beberapa proyek (termasuk
pengembangan penuh Lapangan Banyu Urip dan pengembangan Lapangan Bukit Tua) dan
ketidakberhasilan pemboran beberapa sumur, termasuk penundaan pekerjaan
pemboran akibat kendala ketersediaan rig dan kendala perizinan.
“Angka prognosa lifting minyak sebesar 798.000 BOPD ini diharapkan dapat bertahan sampai akhir tahun dengan asumsi tidak ada kendala operasional, gangguan cuaca dan kesiapan penyerapan Pertamina selaku offtaker minyak bagian negara,†tambah Widjonarko. (TW)