Perkembangan harga minyak mentah ini, menurut laporan Tim Teknis Harga Minyak Mentah, sejalan dengan perkembangan harga minyak mentah utama di pasar internasional.
Peningkatan harga minyak mentah tersebut, antara lain disebabkan oleh kekhawatiran pasar mengenai kemungkinan terbatasnya suplai gasoline Amerika Serikat dalam musim panas (driving season), disebabkan masih rendahnya pengoperasian kilang minyak karena bertambahnya kerusakan sejumlah kilang dan berlarutnya masa pemeliharaan berkala.
Juga, meningkatnya permintaan minyak mentah kaya kandungan naptha, sebagai akibat dengan terus meningkatnya permintaan kilang sebagai feedstock untuk produksi gasoline dan perusahaan petrokimia sebagai feedstock ethylene cracker, terutama di Asia dan terganggunya produksi minyak mentah Afrika terutama Nigeria dan Kongo serta kekhawatiran pasar mengenai kemungkinan terganggunya suplai minyak mentah Iran akibat terus berlanjutnya masalah program nuklir dengan negara-negara barat.
Sedangkan faktor penahan peningkatan harga minyak mentah adalah meningkatnya stok mingguan minyak mentah komersial dan gasoline Amerika Serikat, produksi minyak mentah OPEC masih belum sepenuhnya memenuhi target pengurangan produksi dan meningkatnya produksi minyak mentah dunia, terutama non OPEC.
Khusus di kawasan Asia Pasifik, melemahnya permintaan minyak mentah jenis direct burning dan fuel oil (terutama minyak mentah Indonesia jenis Minas/SLC, Cinta dan Widuri) oleh Jepang untuk pembangkit listrik tenaga thermal akibat tingginya stok dan pengoperasian kembali sejumlah PLTN.
Perkembangan harga rata-rata minyak mentah utama di pasar internasional pada bulan Mei 2007 (sampai 29 Mei) dibandingkan bulan April 2007 yaitu WTI (Nymex) turun US$ 0,52/bbl dari US$ 64,03/bbl menjadi US$ 63,51/bbl; Brent (IPE) naik US$ 0,14/bbl dari US$ 67,57/bbl menjadi US$ 67,71/bbl; Tapis (Platt’s) naik US$ 0,41/bbl dari US$ 74,74/bbl menjadi US$ 75,15/bbl dan Basket OPEC naik US$ 0,96/bbl dari US$ 63,36/bbl menjadi US$ 64,32/bbl. (Copyright by Ditjen Migas)