Hubungan terbalik antara minyak dan nilai tukar dolar AS semakin terasa. Setiap dolar AS menembus rekor terendah baru, harga minyak juga ikut mencetak rekor tertinggi baru.
“Tindakan The Fed akan membantu likuiditas dolar AS sekaligus menekannya. Investor tampaknya mengikuti mantra membeli minyak dan komoditas untuk melakukan lindung nilai dari penurunan dolar AS dan tingginya inflasi,†ujar analis dari Purvin and Gertz, Victor Shum, di Singapura.
“Terjadinya kelebihan likuiditas akan mendorong inflasi sehingga investor mengalirkan dananya ke minyak untuk lindung nilai. Padahal, tingginya harga minyak juga mendorong inflasi. Pasar minyak juga beresiko karena secara fundamental tidak mendukung penguatan harga minyak,†kata Shum lagi.
Kontrak minyak jenis light sweet di
Minyak jenis Brent London untuk pengiriman Mei naik US$ 1,25 menjadi US$ 107,45 per barel. Kontrak pengiriman April sudah jatuh tempo Jumat pada harga US$ 107,54 per barel.
“Tampaknya pelemahan dolar AS menjadi kunci pendorong naiknya harga minyak. Bukti seperti ini terlihat pada saat terjadi pembalikan arah dari pasar saham ke pasar komoditas di AS,†kata Gerard Burg, analis dan ekonomi energi Bank Nasional Australia.
Komoditas emas juga menjadi pilihan investasi saat dolar AS jatuh dan inflasi tinggi. Harga emas meroket hingga menembus rekor terbarunya menjadi US$ 1.032,35 per ons, setara dengan 31,1 gram.