Formula harga pokok BBN akan ditentukan setelah Tim Teknis BBN melaporkan hasil kajiannya terhadap usulan formula harga pokok biodiesel dan bioetanol kepada Tim Harga BBN pada rapat pleno Tim Harga, pertengahan April 2009.
â€ÂRapat pleno mengenai hal ini akan dilakukan pada pertengahan April,†kata Dirjen Migas Departemen ESDM Evita H. Legowo pada rapat Tim Harga di Gedung Migas, Kamis (2/4).
Selain mengkaji formula harga pokok BBN, Tim Teknis BBN juga akan melakukan kajian terhadap tata waktu penggunaan formula, acuan harga dan nilai tukar.
â€ÂNantinya formula harga pokok BBN akan seperti formula harga minyak mentah Indonesia (ICP) yaitu ditetapkan setiap bulan dan dievaluasi pada jangka waktu tertentu,†ujar Evita.
Harga itu menjadi patokan bagi badan usaha sebagai pembeli dan penjual BBN serta Departemen Keuangan untuk menghitung besaran subsidi BBN.
Sekadar mengingatkan, Komisi VII DPR telah menyetujui usulan Departemen ESDM untuk memberikan subsidi bagi BBN bila harga pokok BBN lebih tinggi daripada harga pokok BBM (MOPS) rata-rata Rp 1.000 per liter. Untuk 2009, diusulkan diberikan subsidi Rp 831,427 milyar atau setara 831.427 kiloliter bioethanol dan biodiesel. Selanjutnya, usulan ini akan dibahas pemerintah dengan Panitia Anggaran DPR.
Kapasitas produksi biodiesel saat ini mencapai 2,9 juta kiloliter per tahun dan bioethanol 215.000 kiloliter per tahun. Sesuai pentahapan pada Peraturan Menteri ESDM No. 32 Tahun 2008, kebutuhan minimal biodiesel sekitar 367.758 kiloliter dan bioethanol 239.119 kiloliter.
Pertemuan hari ini yang dihadiri oleh wakil-wakil instansi terkait seperti Departemen Perindustrian, Departemen Perdagangan, Departemen Keuangan, BPPT dan produsen BBN, menyepakati mekanisme dan prosedur penetapan harga pokok BBN.