Dirjen Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo dan
Dirjen Kelistrikan Kementerian ESDM Jarman serta pejabat lainnya, Jumat (5/5), menyaksikan
proses ship to ship LNG transfer dari kapal LNG Aquarius ke FSRU Jawa Barat di Teluk Jakarta.
“Kami datang ke FSRU ini untuk meyakinkan bahwa apa yang kita rencanakan pada awal Mei, dapat terjadi ship to ship. Ini betul-betul terjadi dan pertama kali di Indonesia,†kata Evita kepada wartawan di atas FSRU Jawa Barat.
Kepastian terjadinya ship to ship LNG transfer ini sangat penting, kata Evita, lantaran banyak pihak sebelumnya sempat menyangsikan bahwa Indonesia dalam waktu relatif singkat bisa memiliki FSRU.
Jumlah gas yang dapat dialirkan ke PLTGU Muara Tawar, sesuai kontrak sebesar 140 MMSCFD. Namun lantaran sempat terjadi keterlambatan, jumlahnya bisa meningkat menjadi 200 MMSCFD secara bertahap.
Evita mengharapkan pelaksanaan ship to ship LNG transfer ini dapat berjalan lancar dan aman, sehingga bisa memberikan LNG untuk kebutuhan domestik. Selama ini, hal tersebut tidak dapat dilakukan karena Indonesia belum memiliki infrastruktur.
“Ini infrastruktur pertama kita untuk memenuhi kebutuhan domestik terhadap gas (LNG). Harganya mungkin sedikit lebih tinggi dari gas pipa, tapi masih lebih baik daripada BBM,†tambahnya.
FSRU Jawa Barat yang diberi nama FSRU Regas satu ini dioperatori oleh PT Nusantara Regas yang merupakan perusahaan patungan antara PT Pertamina (Persero) dan PT Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk dengan komposisi saham masing-masing 60% : 40%.
FSRU Jawa Barat menjadi tonggak penting dan bersejarah bagi upaya Indonesia dalam membangun kemandirian dan ketahanan energi. Dengan kapasitas maksimum 3 juta metrik ton LNG per tahun, FSRU tersebut dapat memasok gas untuk PLTGU Muara Karang dan PLTGU Tanjung Priok sebanyak 400 MMSCFD. FSRU Jawa Barat telah mendapatkan pasokan LNG dari Bontang sebanyak 11,75 juta ton selama 11 tahun.