Keputusan ini disetujui oleh seluruh
fraksi, namun Fraksi PDI-P dan Hanura meminta agar pemerintah membahas
kebijakan meningkatkan produksi minyak.
Dalam rapat tersebut,
pemerintah dipimpin oleh Menteri ESDM Ad-Interim Hatta Radjasa. Sementara
Rapat Kerja dipimpin oleh Ketua Komisi VII DPR Teuku Riefky Harsya.
Dalam kesempatan itu Hatta Radjasa
menjelaskan, target produksi 950.000
barel per hari merupakan target moderat,
tidak terlalu optimis dan tidak terlalu pesimistis. Sedangkan
untuk ICP, Hatta menjelaskan, idealnya harga minyak kurang lebih US$ 80 per
barel, sedangkan pemerintah menetapkan harga ICP sebesar US$ 90 per barel pada 2012.
Target produksi minyak nasional 950.000 barel per
hari diharapkan dapat tercapai dengan upaya menahan laju penurunan alamiah
produksi minyak (decline rate) dari
12% menjadi 3%, melaksanakan percepatan pengembangan lapangan baru termasuk
lapangan Banyu Urip (Blok Cepu) dan lapangan idle Pertamina yang sekarang sudah dimulai serta optimasi lapangan
yaitu KKKS didorong untuk meningkatkan produksi dengan cara melakukan optimasi
lapangan eksisting.
Selain itu, implementasi EOR di mana pemerintah sedang menyiapkan kebijakan khusus dalam
rangka penerapan EOR. BPMIGAS juga akan menginstruksikan kepada seluruh KKKS pada
WP&B 2012 wajib melakukan kegiatan EOR
pada setiap lapangan baru maupun lama yang berpotensi.
Pemerintah juga akan berupaya meningkatkan
pengertian cost recovery, di mana
untuk industri migas, cost recovery adalah investasi. Sedangkan dalam
pengertian umum, cost recovery adalah biaya yang menjadi beban.
Pada kondisi lapangan yang sudah berproduksi di Indonesia saat ini sudah
mature, sehingga memerlukan biaya operasi yang semakin meningkat. Secara
global, biaya operasi hulu migas di Indonesia, masih lebih rendah dari
rata-rata biaya operasi di Amerika maupun negara lain pada umumnya.