Demikian dikemukakan Dirjen
Migas Kementerian ESDM Evita H. Legowo pada acara seminar mengenai gas di Hotel
Borobudur, pekan lalu.
- Rusia: 450-2.000 TCF
- China: 700-1.270 TCF
- Amerika Serikat: 500-1.500 TCF
- Australia/New Zealand: 500-1.000 TCF
- Kanada: 360-460 TCF
- Indonesia: 400-453 TCF
- Afrika bagian Selatan: 90-220 TCF
- Eropa bagian Barat: 200 TCF
- Ukraina: 170 TCF
- Turki: 50-110 TCF
- India: 70-90 TCF
- Kazakhstan: 40-60 TCF
- Amerika bagian Selatan/Meksiko: 50 TCF
- Polandia: 20-50 TCF.
CBM adalah gas alam dengan dominan gas metana dan disertai
sedikit hidrokarbon lainnya dan gas non-hidrokarbon dalam batu bara hasil dari
beberapa proses kimia dan fisika. CBM sama
seperti gas alam conventional yang kita kenal saat ini, namun
perbedaannya adalah CBM berasosiasi
dengan batu bara sebagai source rock dan reservoir-nya. Sedangkan
gas alam yang kita kenal, walaupun sebagian ada yang bersumber dari batu bara,
diproduksikan dari reservoir pasir, gamping maupun rekahan batuan beku.
Hal lain yang membedakan keduanya adalah cara penambangannya di mana reservoir
CBM harus direkayasa terlebih dahulu sebelum gasnya dapat diproduksikan.
CBM diproduksi dengan cara terlebih dahulu merekayasa batu
bara (sebagai reservoir) agar didapatkan cukup ruang sebagai jalan keluar
gasnya. Proses rekayasa diawali dengan memproduksi air (dewatering) agar
terjadi perubahan kesetimbangan mekanika. Setelah tekanan turun, gas batu bara
akan keluar dari matriks batu baranya. Gas metana kemudian akan mengalir melalui
rekahan batu bara (cleat) dan akhirnya keluar menuju lobang sumur.
Puncak produksi CBM bervariasi antara
2 sampai 7 tahun. Sedangkan periode penurunan produksi (decline) lebih
lambat dari gas alam conventional.