Menteri ESDM Purnomo Yusgiantoro pada acara penyerahan sertifikat hak khusus di BPH Migas, Jumat (27/2), mengungkapkan, saat ini penggunaan gas bumi untuk domestik telah mencapai 63% dari total produksi 7,5 MMSCFD. Padahal sebelum tahun 2000, penggunaan gas untuk domestik hanya 40%.
Purnomo berharap pemakaian gas domestik dapat terus berkembang hingga mencapai 70-80%. Jika ini terjadi, dibutuhkan pengembangan infrastruktur gas, termasuk pipa gas.
“Ke depan, industri gas akan semakin sibuk. Cita-cita untuk membangun Indonesian Integrated Gas Pipeline sekarang juga dalam progress. Dari north Bali menuju Gresik sudah ada pipa. Impiannya akan dibangun dari Gresik menuju Semarang, kemudian Semarang ke Cirebon dan dari Cirebon ke Merak. Pipa lama milik Pertamina akan disambung dengan pipa PGN dari Sumatera Selatan ke Jawa dan dari Sumatera Selatan ke Muara Bekasi,†papar Purnomo.
Jika semua berjalan sesuai rencana, katanya, pada posisi puncak nanti akan masuk sekitar 5 juta ton LNG ekuivalen per tahun dari Sumatera Selatan. Pulau Jawa yang selama ini ‘kelaparan’ gas, otomatis juga akan ‘kelaparan’ jaringan distribusi gas.
“Kesempatan ini hendaknya dimanfaatkan. Badan usaha dituntut untuk aktif,†ujarnya.
Mengenai sumber gas, pemerintah juga sedang mengembangkan sejumlah lapangan seperti di Sumatera Selatan dan Papua yaitu Tangguh train 3 dan 4, sebagai perpanjangan Tangguh 1 dan 2. Selain itu, Lapangan Donggi Senoro yang dikelola PT Pertamina, Lapangan Masela, lapangan laut dalam di Kalimantan Timur yang dikelola PT CPI dan perpanjangan Blok Mahakam yang dikelola Total.
“Itu semua nantinya akan kita kembangkan dan didedikasikan untuk industri dalam negeri. Tentunya infrastruktur gas dan LNG sangat diperlukan. LNG tidak hanya untuk ekspor, tapi juga untuk dalam negeri. Kita juga sedang membangun LNG terminal di Jawa dan luar Jawa. Industri gas dalam negeri akan sibuk,†kata Purnomo.