"Saat ini banyak proposal yang sudah masuk ke kami. Namun, kami masih melakukan penelitian terhadap pusat semburan ini. Di BPLS ini ada deputi operasional yang memang ruang lingkupnya untuk penanggulangan luapan lumpur," ujarnya.
Menurut dia, saat ini pihaknya masih melakukan penelitian di permukaan dan di bawah permukaan. "Ada dua prinsip yang sedang kami lakukan saat ini, yakni satu menangani di atas permukaan. Prinsip-prinsipnya bagaimana masih akan dibahas, kemudian yang kedua adalah di dalam permukaan dengan metode geologi," paparnya.
Menyinggung kapan akan selesai pengkajiannya, Purnomo menyatakan, sekarang ini deputi operasional membuat tim yang nantinya akan dilaporkan ke Dewan Pengarah BPLS. Tim penanganan semburan lumpur ini dibagi menjadi dua, yakni tim bawah permukaan dan di permukaan.
Mengenai persoalan dana, Purnomo menuturkan, masalah pendanaan juga masih dalam pembahasan, meski ada sumber pendanaan yang jelas, yakni dari Lapindo, namun pihak BPLS masih membutuhkan donatur lain dari pihak swasta. "Pendanaan sebenarnya sudah jelas, tetapi kami juga masih membutuhkan donatur dari luar," katanya menegaskan.
Mengenai pendanaan dari luar negeri, Deputi Bidang Operasional BPLS Sofyan Hadi menyatakan, telah ada 35 negara yang siap membantu pemerintah Indonesia dalam menangani lumpur panas.
“Ada keinginan kuat dari negara lain untuk membantu. Saya tak bisa menyebut negara mana saja. Kita juga belum tahu bagaimana bentuk bantuannya. Sejauh ini, kita belum mempersiapkan proposal yang nantinya akan digunakan sebagai permintaan bantuan,” kata Sofyan.
Mengenai proposal ke negara donor, Sofyan menunjuk ada sejumlah poin yang akan dicantumkan. Selain fenomena mud volcano yang terjadi di Porong, juga disebutkan langkah penanganan yang telah diambil pemerintah, Timnas maupun BPLS selama ini. (Sumber: Bisnis Indonesia/Seputar Indonesia)