Hal itu dikemukakan Triantony dari Asosiasi Pengusaha Kompor Gas Indonesia (APKOGI) dalam rapat penyusunan Blueprint Pengalihan Minyak Tanah ke Elpiji di Kantor Ditjen Migas, Kamis (23/8).
“Dalam kesempatan sosialisasi itu, kami bisa membantu menjelaskan soal mutu dan bagaimana cara menggunakan yang benar,” ujarnya.
Harapan itu diamini Tjiptadi dari Asosiasi Industri Tabung Gas Indonesia (ASITAB). Selama ini, katanya, tabung dan kompor gas bersubsidi dianggap kurang baik, seperti gampang bocor dan dapat meledak.
“Pengetahuan mengenai hal ini yang ingin dibagi pihak asosiasi ke masyarakat,” tegasnya.
Sekjen Kementerian Negara Pemberdayaan Perempuan Koensatwanto menambahkan, dalam program ini yang paling penting adalah sosialiasi sosiologis dan psikologis karena sebagian besar yang terlibat adalah rakyat kecil.
"Dulu dengan uang Rp 1000 saja mereka bisa membeli minyak tanah. Sekarang kan harus punya uang setidaknya Rp 13.000 untuk membeli gas tabung 3 kg," katanya.
Menurutnya, harus ada jalan keluar yang tidak memberatkan masyarakat. Apakah boleh membayar dengan dicicil atau solusi lainnya. (Copyright by Ditjen Migas)