Blok-blok tersebut adalah:
- Andaman III (200-1500 m)
- Sunda Strait I (200-1500 m)
- South
- West Sageri (100-1500 m)
- Karama (100-2000 m)
- Kuma (100-1500 m)
- Surumana (100-1500 m)
- Mandar (100-2000 m)
- Sageri (500-2000 m)
- Semai II (100-1000 m)
- SE Palung Aru (100-1000 m)
- Cendrawasih Bay II (100-1500 m)
Selain 12 blok tersebut,
terdapat 3 lapangan yang disetujui rencana pengembangannya (PoD I) oleh
pemerintah yaitu Lapangan Jambu Aye Utara yang diharapkan berproduksi 2014,
Lapangan Gendalo dan Gehem yang akan berproduksi 2013 dan Lapangan Abadi yang
ditargetkan berproduksi 2018.
Dirjen Migas Kementerian ESDM
Evita H. Legowo dalam acara Deep Water
Forum di Hotel Four Season yang diselenggarakan Kementerian ESDM dan Total
E&P, Rabu (11/4), mengungkapkan, blok migas di laut dalam perlu
dikembangkan karena hingga saat ini, migas masih menjadi tulang punggung
penerimaan negara dan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang terus
meningkat. Padahal, produksi migas di onshore
yang ada saat ini, menunjukkan penurunan akibat lapangan-lapangannya yang telah
tua.
â€ÂDengan onshore yang sekarang, produksinya menurun. Dan kita buka
kesempatan itu (offshore)
sebanyak-banyaknya. Kita butuh minyak, butuh gas,†kata Evita.
Potensi sumber daya migas
nasional tersebar dalam 60 cekungan sedimen (basin). Dari jumlah tersebut,
sebanyak 22 cekungan belum pernah dilakukan kegiatan eksplorasi dan sebagian
besar berlokasi di laut dalam serta terutama berlokasi di Indonesia bagian
Timur. Ke 22 cekungan tersebut adalah Ketungau, Pembuang, Lombok Bali, Flores,
Tukang Besi, Minahasa, Gorontalo, Sala Bangka, South Sula, West Buru, Buru,
South Obi, North Obi, East Halmahera, North Halmahera, South Seram, West Weber,
Weber, Tanimbar, Waropen dan Jayapura.