Cilacap, Wakil Presiden RI Jusuf Kalla meresmikan pengoperasian Residual Fluid Catalytic Cracking Refinery Unit IV Cilacap yang telah berhasil memanfaatkan residue menjadi produk kilang bernilai tinggi di Cilacap, Kamis (26/11) petang.Turut mendampingi Wapres, Menteri ESDM Sudirman Said, Meneg BUMN Rini Soewandi, Dirjen Migas Kementerian ESDM IGN Wiratmaja Puja dan Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto.
RFCC akan mengolah feed stock berupa
LSWR (Low Sulfur Waxy Residue) sebanyak 62.000 barel per hari, yang dihasilkan
dari Crude Distillation Unit (CDU) II menjadi produk bernilai tinggi yaitu
HOMC, peningkatan produksi LPG dan produk baru Propylene. Proyek dengan nilai investasi US$ 846,89 juta tersebut
dilaksanakan oleh konsorsium Adhi-GS E&C.
RFCC memiliki 21 unit equipment dan telah sukses beroperasi dan meneteskan
produk perdananya pada 30 September 2015. Pada saat beroperasi 100%, RFCC dapat
memproduksi HOMC sekitar 37.000 barel per hari, 1.066 ton per hari LPG, dan 430
ton per hari propylene. Dari produksi HOMC tersebut, sebagian besarnya
diproses lebih lanjut untuk diproduksikan menjadi Premium. Saat ini, produksi
Premium dari kilang Cilacap sebanyak 61.000 barel per hari dan dengan
beroperasinya RFCC, produksi Premium dari Kilang Cilacap akan menjadi 91.000
barel per hari sehingga impor Premium dapat ditekan.
Wapres Jusuf Kalla dalam acara itu mengungkapkan,Pemerintah mendukung penuh upaya-upaya bagi terwujudnya kemandirian energi nasional, di antaranya melalui peningkatan produksi BBM di dalam negeri untuk memenuhi permintaan yang terus meningkat. Secara bertahap Indonesia harus dapat mengurangi impor BBM, bahkan dengan terus bertambahnya kapasitas kilang sebagaimana telah dan akan dilaksanakan Pertamina ke depan, Pemerintah optimis dapat terbebas sama sekali dari impor BBM.
Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto menambahkan, Pertamina berkomitmen untuk
terus melakukan upgrading dan
pengembangan Kilang Cilacap dan kilang-kilang milik perusahaan lainnya. Menurut
dia, dengan semakin efisiennya kilang Pertamina semakin kompetitif dalam
persaingan dalam penyediaan BBM di pasar yang semakin terbuka.
Selain itu, katanya, banyak dampak berganda yang dapat dirasakan oleh
masyarakat dari setiap proyek yang dilaksanakan Pertamina. Sebagai contoh,
lanjut Dwi, proyek RFCC Cilacap dapat memberikan lapangan pekerjaan untuk 8.700
orang selama proyek dan 400 orang saat beroperasi.
“RFCC Cilacap juga telah memberikan kontribusi pajak untuk pemerintah dan
percepatan pertumbuhan ekonomi di wilayah sekitar proyek, bahkan manfaat dapat
menjangkau tidak kurang dari 16.000 orang selama proyek berlangsung,†katanya.
Penandatanganan HoA dengan Aramco
Dalam rangkaian acara tersebut, dilakukan penandatanganan head of agreement (HoA) untuk pelaksanaan proyek upgrading Refinery Unit IV Cilacap yang merupakan bagian Refinery Development Master Plan dengan perkiraan nilai investasi US$ 5,5 miliar antara PT Pertamina (Persero) dan Saudi Aramco. Penandatanganan HoA dilakukan oleh Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto dan President and CEO Saudi Aramco Amin al-Nasser.
Dwi mengatakan upgrading RU IV
Cilacap memungkinkan kilang terbesar di Indonesia tersebut memiliki keekonomian
yang meningkat melalui tiga parameter kunci, yaitu peningkatan kapasitas total crude distillate unit (CDU) dari sekitar
345.000 barel per hari menjadi 370.000 barel per hari, kompleksitas kilang
meningkat dari 3 menjadi 9 dan peningkatan hasil produksi dengan nilai tinggi
dari semula sekitar 73% menjadi 96%.
Ekspansi yang dilakukan melalui RDMP terdiri dari tiga bagian yaitu unit
primary melalui revamping pada CDU II dan maksimalisasi CDU I, unit
secondary dengan revamping RFCC dari
kapasitas 62.000 barel per hari menjadi 81.000 barel per hari dan pemasangan hydro cracker unit baru berkapasitas
43.000 barel per hari, serta unit petrokimia dengan peningkatan menonjol pada
produksi paraxylene dari 280.000 barel per hari menjadi 485.000 barel per hari
dan pembangunan pabrik produksi polypropylene baru untuk naikkan produksi polypropylene menjadi 153.000 kilo ton
per tahun.
“Untuk seluruh kegiatan tersebut kami perkirakan akan menelan investasi sekitar
US$ 5,5 miliar. Proyek ini ditargetkan tuntas dan beroperasi pada 2021,†kata
Dwi.
Setelah penandatanganan HoA, Pertamina dan Saudi Aramco akan melaksanakan site
preparation dan basic engineering design pada tahun depan. Apabila front end engineering design (FEED)
dapat tuntas pada 2017, dan EPC dimulai pada 2018, maka diharapkan upgrading RU
IV CIlacap akan tuntas dan beroperasi pada akhir tahun 2021.