Banten - Pemerintah telah menetapkan target Indonesia Emas pada tahun 2045 melalui Rancangan Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RJPP) 2025-2045, dimana energi berperan penting dalam mencapai sasaran pembangunan Nasional tersebut, salah satunya sub sektor minyak dan gas bumi.
Dalam kurun waktu 5 tahun terakhir, produksi minyak bumi Nasional relatif mengalami penurunan. Di waktu yang sama, produksi gas bumi relatif stabil dengan prospek ke depan yang lebih baik. Gas menjadi andalan dalam transisi energi terutama dengan adanya prospek gas dari WK South Andaman, Andaman 2 dan North Ganal dalam dua tahun terakhir.
Jika dibandingkan rata-rata produksi minyak dan gas bumi pada tahun 2023 dan 2024 sampai dengan bulan Juni 2024, dapat dilihat persamaan bahwa produksi minyak dan gas bumi Nasional mayoritas didominasi oleh produksi dari Pertamina yaitu rata-rata sebesar 57% untuk minyak bumi dan 33% untuk gas bumi. Untuk itu Pertamina menjadi fokus untuk ditingkatkan produksinya.
“Jadi kenapa kita harus inline antara Renstra Pemerintah dengan Renstra Pertamina di awal mungkin dulu di Ditjen Migas saya sampaikan, 70% kegiatan sektor migas ini dioperasikan oleh Pertamina group. Jadi keberhasilan 70% itu sudah menunjukkan sekali nilai untuk mencapai suatu target strategis kita 5 tahun ke depan.” Ungkap Direktur Pembinaan Program Minyak dan Gas Bumi Mirza Mahendra, Selasa (6/8) di JHL Hotel Serpong.
Mirza lebih lanjut menjelaskan terkait Asta Cita Visi Misi Calon Presiden Terpilih dimana salah satunya adalah swasembada energi yakni ketahanan dan kemandirian energi melalui peningkatan ketersedian energi (availability), akesibilitas energi (accessibility), perluasan keterjangkauan energi (affordability) dan peningkatan tingkat penerimaan energi (acceptability) meliputi dekarbonisasi, transisi energi dan net zero emission serta melakukan pengendalian volume energi yang disubsidi dan mendukung industri dan ekonomi hijau.
“Kami tidak mau merubah suatu apapun, malah kita mau support mana yang menjadi indeks KPI kita masukkan ke sini (Renstra), kita support untuk mencapai KPI tersebut. jelas Mirza dihadapan perwakilan PT. Pertamina Persero, Pertamina Gas Negara, Pertamina Hulu Energi, Pertamina Patra Niaga, Pertamina Kilang Internasional, Pertamina Power Indonesia, dan Pertamina International Shipping.
Mirza berharap dengan kegiatan rapat koordinasi yang akan dilaksanakan selama tiga hari ke depan tersebut para stakeholders bidang hulu, hilir dan penunjang migas dapat menyampaikan kegiatan apa saja yang telah dilakukan dalam penyediaan energi kepada masyarakat dan juga tantangan yang dihadapi untuk kemudian disusun strategi bersama.
“Tantangannya apa saja kita petakan, tahapan pertama dari analisis nanti kita formulasikan, berikutnya implementasi dan kontrol. Ending-nya kita bisa inline dan terus berjalan,” harap Mirza.
Pada kesempatan yang sama VP of Stakeholder Relations & Management, Rifky Rahman Yusuf mewakili Badan Usaha Pertamina menyampaikan dukungan dan apresiasi atas kegiatan sinergi penyusunan Renstra yang diinisiasi oleh Ditjen Migas ini.
“Kami mengapresiai inisiasi yang kita lakukan untuk aligment Renstra ESDM dengan RJPP (Rencana Jangka Panjang Perushaaan) Pertamina, karena memang terus terang arahan manjemen kami diminta untuk mencari cantolan RJPP. Kami tidak mempunyai pedoman yang diberikan Kementerian,” jelas Rifky.
Dengan adanya diskusi sinergi Renstra dan RJPP tersebut, pihaknya berharap ke depan Kementerian ESDM dan Badan Usaha Pertamina baik hulu, hilir dan penunjang migas dapat memiliki komitmen yang sama untuk mengawal Renstra dan RJPP agar tetap sejalan.
Selain itu, Rifki berharap dengan adanya penyelarasan Renstra sub sektor migas dan RJPP maka ke depan pengelolaan sub sektor migas dapat berjalan lancar, baik untuk kepentingan negara maupun untuk keberlangsungan bisnis Badan Usaha.
“Kepinginnya ini akan menjadi pedoman kita semua, baik Pemerintah dan BUMN sebagai kebijakan kebelangsungan bisnis di masa depan, “ ujar Rifky mengakhiri.
(RAW)