Program Agen Perubahan: Introducing Petroleum Geochemistry

Jakarta, Program Agen Perubahan kembali diselenggarakan Direktorat Jenderal Migas, Jumat (27/9), mengangkat tema Introducing Petroleum Geochemistry. Narasumber yang dihadirkan adalah  Awang Harun Satyana, Tenaga Ahli di SKK Migas.

Sharing session from other  diperuntukkan bagi seluruh pegawai Ditjen Migas, baik yang berlatar belakang geologi maupun sebaliknya. Kegiatan ini merupakan bagian dari penguatan atas kompetensi pegawai dalam memahami karaktristik atau kondisi potensi sumber daya migas di Indonesia dan Ditjen migas sebagai pembuat kebijakan,  dapat melihat potensi dalam menentukan investasi migas ke depan.

“Mohon gunakan kesempatan ini untuk menambah ilmu dan kami sangat senang kalau ada kontribusi atau kolaborasi dari teman-teman semua  dalam sharing session ini,” kata Ardhi Krisnanto, Kepala Sub Direktorat Pengembangan Wilayah Kerja Minyak dan Gas Bumi Konvensional ketika membuka acara tersebut.

Mengawali paparan Awang mengatakan,  peranan geokimia tidak kalah penting atau memegang kunci  dalam kegiatan  eksplorasi dan eksploitasi  migas.  “Petroleum geochemistry sebagaimana dikemukakan oleh Hunt dalam “Petroleum Geochemistry and Geology”  adalah aplikasi prinsip-prinsip kimia untuk mempelajari origin (asalnya), migrasi (bagaimana fluida itu mengalir), lalu akumulasi (bagaimana tersimpan)  dan juga perubahan petroleum. Sesudah kita menerapkan prinsip-prinsip kimia terhadap origin, imigrasi dan akumulasi, serta perubahan dari petroleum, kita menggunakan pengetahuan ini untuk eksplorasi minyak dan gas, “ paparnya.

Komponen yang sering menjadi bagian geokimia dari migas salah satunya adalah batuan induk (source rocks). “Source rocks ini penting sekali  karena dia yang punya migasnya, bukan reservoir-nya. Kalau source rocks-nya tidak ada, reservoir sebagus apapun, perangkap sebagus apapun maka tidak ada migasnya, kosong,” jelas Awang.

Lebih lanjut dia mengungkapkan, source rocks merupakan batuan yang  mengandung zat organik yang kelak akan menjadi migas. Meski demikian, walaupun memiliki source rocks yang kaya namun zat organiknya tidak matang,  maka akan menjadi percuma  karena tidak akan berubah menjadi migas. “Begitu pun jika migas sudah terbentuk, namun tidak mengalir (migrasi) ke perangkap, maka akan percuma juga.  Pematangan batuan induk (source rocks) harus masuk ke kedalaman tertentu, panas tertentu, tekanan terentu, sehingga zat organiknya berubah menjadi migas,” tambahnya.

Petroleum system menurut Awang Harun Satyana adalah sistem di alam yang menyebabkan kita akan mempunyai akumulasi migas, di mana geokimia memegang peranan 7 elemen dan proses dari 10 elemen yaitu

  1. Batuan Induk (source rocks)
  2. Batuan penimbun (overburden rocks)
  3. Batuan media imigrasi (carrier beds)
  4. Batuan penyekat media imigrasi (sealing of carrier beds)
  5. Pematangan batuan induk (dapur/kitchen)
  6. Migrasi migas (petroleum migration)
  7. Pengawetan (preservation). (KDB)

 

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.