Jakarta, Dalam rangka pelaksanaan Second Training in Japan and Indonesia: “Tanzania Natural Gas Utilization Capacity Development Project” serta mempererat sinergi antara Indonesia dan Tanzania dalam pengembangan energi, Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) menerima kunjungan Delegasi Tanzania di Kantor Ditjen Migas, Gedung Ibnu Sutowo, Jakarta, Senin (21/7).
Kunjungan Delegasi Tanzania yang dipimpin oleh Senior Energy Engineer Kementerian Energi Tanzania Philemon D. Meddah dengan didampingi oleh perwakilan Kementerian Energi Tanzania, Kedutaan Besar Republik Persatuan Tanzania, Tanzania Petroleum Development Corporation (TPDC), Energy and Water Utilities Regulatory Authority (EWURA) dan Japan International Cooperation Agency (JICA) ke Ditjen Migas ini bertujuan untuk memperdalam pemahaman terkait pengembangan gas bumi, pemanfaatannya, serta kebijakan dan infrastruktur yang mendukung ketahanan energi nasional.
Direktur Pembinaan Program Migas Mirza Mahendra saat menerima kunjungan ini menyampaikan bahwa industri migas masih memegang peranan penting dalam menjaga ketahanan energi nasional.
“Indonesia menargetkan produksi gas bumi sebesar 12 BSCFD pada tahun 2030. Untuk itu, kami terus membuka peluang investasi melalui fleksibilitas kontrak, pemberian insentif fiskal dan non-fiskal, penyederhanaan perizinan, serta peningkatan pengelolaan dan akses data hulu migas” jelas Mirza.
Pada kesempatan yang sama, Philemon menyampaikan bahwa pihaknya sangat berterima kasih atas dukungan dan kerja sama yang telah ditunjukkan Indonesia selama ini. Salah satu alasan Indonesia dipilih sebagai mitra adalah karena hubungan yang telah terjalin sejak lama, termasuk melalui nota kesepahaman dan kerja sama antara Pertamina dan perusahaan-perusahaan di Tanzania.
“Meski industri minyak dan gas kami masih berada di tahap awal pengembangan, Indonesia tetap menunjukkan minat untuk berinvestasi di sektor tersebut di negara kami. Oleh karena itu, kami melihat kesempatan ini sebagai momen penting untuk belajar dari Indonesia, yang telah lebih maju dalam pemanfaatan gas alam dan pengelolaan industri migas secara umum. Kami melihat Indonesia sebagai model yang dapat kami pelajari dan tiru dalam membangun sektor gas yang bermanfaat bagi masyarakat,” pungkas Philemon.
Philemon juga menambahkan bahwa kunjungan ini merupakan kelanjutan dari kerja sama yang telah terjalin, termasuk kunjungan delegasi tingkat tinggi Pemerintah Tanzania pada Desember lalu. Pihaknya merasa sangat diterima dan nyaman di Indonesia serta antusias untuk terus belajar dari saudara-saudara di Indonesia.
Kegiatan kunjungan Delegasi Tanzania dilanjutkan dengan pemaparan dari Ditjen Migas dan diskusi mengenai “Encouraging Exploration : Increasing Production, Investment and Energy Security” dan “Policy in Gas Development”
Koordinator Pokja Pengembangan WK Non Konvesional Dwi Adi Nugroho dalam paparannya menyampaikan bahwa saat ini Indonesia memiliki cadangan gas terbukti sebesar 41,62 TCF dan 68 cekungan potensial yang belum dieksplorasi, menjadikan sektor ini sangat prospektif untuk dikembangkan.
“Dengan target produksi sebesar 12 BSCFD pada 2030 dan dukungan kebijakan percepatan eksplorasi, Indonesia membuka peluang luas bagi para investor di sektor gas bumi. Kolaborasi strategis diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi dan mendorong pertumbuhan ekonomi berkelanjutan,” jelas Dwi.
Selain itu, Koordinator Penyiapan Program Migas Rizal Fajar Muttaqin dalam kesempatan yang sama juga memperkenalkan strategi nasional dalam pengembangan ekosistem gas, termasuk optimalisasi gas untuk transisi energi menuju Net Zero Emission (NZE), pemetaan keseimbangan pasokan dan permintaan gas serta pembangunan infrastruktur seperti jaringan pipa, regasifikasi mini-LNG, kilang LNG, dan Floating Storage Regasification Unit (FSRU).
“Informasi tersebut disampaikan guna menjadi referensi strategis dalam penyusunan kebijakan pengelolaan gas yang lebih efektif dan efisien, sekaligus mendorong terbukanya peluang kerja sama internasional di sektor energi,” tutup Rizal.
Melalui kunjungan ini diharapkan dapat memperkuat ketahanan energi, menunjukkan peran Indonesia sebagai mitra regional yang aktif dalam mendorong transisi energi global serta mempererat sinergi antara Indonesia dan Tanzania dalam kerja sama pasokan dan pengembangan energi, khususnya gas bumi. (FA/KDB)