MOTIVASI SERIES 3: Belajar Inovasi dari Sang Inovator

Jakarta – Migas Ngobrol Tentang Inovasi atau MOTIVASI kembali hadir dengan tajuk “Belajar Inovasi dan Sang Inovator.” Melalui kegiatan MOTIVASI Series 3 ini, para Aparatur Sipil Negara (ASN) Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) bersama-sama belajar tentang latar belakang sebuah inovasi, langkah yang diperlukan untuk merealisasikan, dampak, serta tindak lanjut setelah inovasi dibuat.

“Sudah merupakan sifat dari manusia untuk selalui berinovasi untuk mencari yang paling baik, paling cepat, paling murah, paling mudah. Sehingga dapat membantu sesama, sehingga kehidupan menjadi semakin lebih baik,” ungkap Sekretaris Ditjen Migas Iwan Prasetya Adhi dalam sambutan acara yang digelar secara daring (3/12).

 

MOTIVASI Series 3 ini, menghadirkan dua narasumber ASN dari K/L yang menjadi inovator dalam pembuatan sistem dan aplikasi yang mendukung pelayanan publik institusi dimana keduanya bekerja, yakni MAGMA Indonesia yang digagas Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), Badan Geologi, Kementerian ESDM, dan I-Pop aplikasi buatan Direktorat Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan, Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri).

Dari kedua narasumber tersebut Iwan berharap ASN Ditjen Migas maupun peserta MOTIVASI dapat memperoleh inspirasi sekaligus termotivasi mencari inovasi baik di lingkungan kantor maupun di rumah untuk kemaslahatan manusia.

“Hari ini kita akan mendengar bagaimana cerita tentang MAGMA (Indonesia). Semoga menjadi sumber pemikiran teman-teman di Migas. MAGMA ini diakui internasional, bahkan jadi bahan referensi geologist Nasional dan Internasional di dalam membuat jurnal mereka,” pungkas Iwan.

MAGMA Indonesia merupakan aplikasi yang dibangun secara mandiri Dr. Devy Kamil Syahbana Kepala Sub Bidang Mitigasi Gunung Api Wilayah, ASN PVMBG, Badan Geologi Kementerian ESDM untuk memberikan pelayanan dan kemudahan kepada masyarakat baik Nasional maupun Internasional dalam memperoleh informasi dan mitigasi kebencanaan geologi yang terjadi di wilayah Indonesia. Sistem ini dibangun dan dikembangkan sejak 2015, dan dapat diakses melalui web site https://magma.vsi.esdm.go.id/ maupun aplikasi mobile.

Aplikasi multiplatform yang telah menyabet TOP 40 Inovasi Pelayanan Publik Tahun  2017 dari Kemenpan-RB ini  berisikan informasi dan rekomendasi kebencanaan geologi terintegrasi baik gunung api, gempa bumi, tsunami, dan gerakan tanah yang disajikan kepada masyarakat secara kuasi-realtime dan interaktif.

Seperti disampaikan Devy bahwa sebelum ada aplikasi ini, informasi kebencanaan bisa diproses selama berhari-hari, namun setelah adanya MAGMA Indonesia maka informasi kebencanaan dapat diproses dalam hitungan menit bahkan detik.

“Dahulu proses pelaporan yang panjang, data dikelola individu (tidak sustainable), diseminasi informasi berjalan lambat, tidak semua mendapat informasi, informasi sulit diperoleh dsb. “ aku Devy.

Sebelum meluncurkan aplikasi ini, Devy melakukan survey publik melalui web site untuk mengidentifikasi kebutuhan dan harapan publik terkait informasi kebencanaan. Hasilnya, masyarakat ingin mendapatkan informasi peringatan dini bencana, peta rawan bencana, dan pada tahun 2015 saat itu hanya 1 % responden yang mengatakan bahwa handphone bukan barang penting.

“Kita survey, apa yang mereka butuhkan, menjadi masukan bagi kita bahwa kita perlu tepat sasaran, bukan hanya membuat yang kita suka tetapi yang dibutuhkan dan diharapkan masyarakat. Kalau masyarakat membutuhkan akan ada demand terus menerus yang membuat kita berkembang,” imbuhnya,

Tahapan pengembangan dimulai dari menguasai proses bisnis, identifikasi isu, merinci masalah tantangan, kekuatan dan peluang, tentukan yang akan dilakukan, membangun Tim, membuat perencanaan (milestone) jangka pendek, menengah dan panjang.

“Kuncinya merubah sesuatu menjadi lebih baik. Kita harus menguasai proses bisnis, hal apa yang mau kita ubah, kemudian identifikasi isunya, permasalahannya dimana,” ungkapnya.

Kondisi akhir yang diharapkan dari adanya aplikasi ini adalah proses pelaporan informasi kebencanaan dapat dilakukan lebih cepat dan paralel, dimana data yang diperoleh tersimpan di server sehingga lebih sustainable. Selain itu, diseminasi informasi lebih cepat hitungan menit, dan masyarakat mendapatkan informasi kebencanaan dengan lebih mudah.

Kemudian setelah meluncurkan aplikasi, hal terpenting lainnya adalah evaluasi dan melakukan pengembangan berlanjut. Informasi disajikan dalam bentuk peta dan marker sebagai indikator tipe bahaya geologi baik gunung api, gempabumi, tsunami, dan gerakan tanah. Informasi yang disajikan terus diperbaharui secara realtime.

Inovasi selanjutnya juga datang dari ASN, yakni Direktur Pengelolaan Informasi Administrasi Kependudukan, Kemendagri Erikson P. Manuhuruk berupa aplikasi yang berisi informasi peta kependudukan dan pencatatan sipil Indonesia atau disebut I POP (Indonesia’s Population and Civil Registration Map).

“Bagaimana Ditjen Dukcapil berbagi data dengan instansi lain yang menangani hal yang sama yang mengurusi tentang kependudukan, “ ungkap Erikson.

Data dan informasi yang diperoleh dari I POP berisi potensi data kependudukan yang dapat dimanfaatkan oleh K/L lain sehingga intansi tersebut dapat memberikan pelayanan publik yang optimal. Hal ini sesuai dengan amanat Pasal 58 ayat (4) UU No 24 Tahun 2013 tentang Perubahan UU No. 23 Tahun 2006 tentang Administrasi Kependudukan.

“Kalau kita mau membuat inovasi, sebaiknya bekerjasama dengan instansi yang terkait dengan kita sehingga inovasi dapat dibangun dalam kerangka pemikiran bersama dan meningkatkan kualitas pelayanan di masing-masing K/L,” imbuh Erikson.

Menanggapi paparan oleh para narasumber, salah satu peserta dari Bagian Logistik PEM Akamigas Cepu, Nur mengatakan alasan mengikuti acara ini adalah ingin belajar langsung dari narasumber yang telah menghasilkan terobosan.

“Alhamdulillah narasumbernya keren-keren, terobosannya keren-keren ini mengenai informasi kebencanaan, satu lagi mengenai informasi statistik,” ungkap Nur.

Menurut Nur, informasi terkait kebencanaan sangatlah penting mengingat Indonesia merupakan ring of fire yang membuat Indonesia memiliki banyak potensi bencana. Dengan adanya aplikasi MAGMA Indonesia akan sangat membantu sekali untuk membuat risk register yang harus dibuat secara pribadi untuk antisipasi bencana alam yang mungkin terjadi.

Nur juga mengungkapkan adanya inovasi aplikasi I-POP juga mendukung profesinya sebagai penanggungjawab logistic. “Saya biasa ngitung kebutuhan harian B 30, bisa mengetahui cara menghitung kebutuhan SPBU di spot-spot. Di pulau Jawa, kita membagi ilmu ke operating operation, kita bisa tau updating  menghitung kebutuhan BBM, “ pungkasnya. (RAW)

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.