Jakarta, Dalam rangka peningkatan literasi dan pengembangan wawasan pegawai di lingkungan Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Ditjen Migas) serta seluruh unit Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) lainnya, Ditjen Migas kembali menyelenggarakan kegiatan KOPI SENJA (Kelompok Berbagi Semangat dan Pembelajaran) Diskusi Buku: “Negara Bermartabat: Konsep Politik Teknologi Berkelanjutan” bersama Prof. Ir. Tutuka Ariadji, M.Sc., Ph.D., IPU di Perpustakaan Ditjen Migas, Gedung Ibnu Soetowo, Rabu (7/11).
Direktur Teknik dan Lingkungan Migas Noor Arifin Muhammad dalam sambutannya ketika membuka Kopi Senja kali ini mengungkapkan rasa bangga dan bahagia karena Prof Tutuka sudah berkenan hadir dan memberikan suatu inspirasi bagi para pegawai melalui diskusi buku yang telah ditulis oleh Prof Tutuka tersebut.
“Seperti yang Pak Tutuka lakukan ini adalah murni suatu perjalanan kehidupan profesional, kalau saya melihatnya profesional sebagai seorang ahli perminyakan, profesional sebagai seorang manusia juga. Maksudnya ada keseimbangan, kebetulan saya dapat buku ini langsung dari Bapak lewat teman-teman, itu saya langsung ingat bahwa saya pernah beberapa kali jalan sama Pak Tutuka ini memang selalu membawa buku, gitu. Nah tapi bukunya itu bukan buku oil dan gas saja, macam-macam ya Pak,” ungkap Noor.
Noor melanjutkan bahwa dirinya juga sudah membaca cepat atau speed reading buku tersebut dan pihaknya mengakui bahwa buku ini merupakan bahan literasi yang menarik untuk dibaca dan direnungi bersama, terutama bagi para pegawai Kementerian ESDM yang bekerja di lingkup pengelolaan energi yang dekat dengan isu politik teknologi.
“Buku ini memang sesuatu yang menarik untuk kita dengarkan sama-sama apalagi bagi generasi muda ya, kalau untuk generasi saya, apa yang disampaikan Prof Tutuka ini dulu sempat mentereng, ketika kita mahasiswa itu, politik teknologi itu seperti apa, jadi macam-macam prosesnya yang di sini memang ini lebih diangkat lagi ke arah filosofinya yang memang harus Pak Tutuka yang mengangkat, kalau dulu kan technical, cara transfer teknologi itu ada macam-macam, ada melalui investment, policy, substitusi impor dan seterusnya, nanti mungkin bisa dibaca sendiri, tapi yang ini adalah sesuatu yang lebih mendalam kenapa sebuah negara harus punya position,” papar Noor.
Dalam buku ini disebutkan bahwa sebuah negara dapat menjadi negara besar dengan kemampuan rakyatnya berpikir besar untuk negaranya dan dunia. Indonesia menjadi negara maju apabila rakyatnya dapat menjalani kehidupan dengan sejahtera, bahagia, mempunyai kesempatan berpikir, dan berbuat besar untuk negaranya dan dunia.
Tutuka Ariadji mengawali diskusi bukunya dengan mengungkap alasan dirinya menulis buku dengan tema seperti ini di masa purna baktinya setelah menjadi Direktur Jenderal Migas (periode tahun 2020 – 2024) bahwa menurutnya, buku ini adalah mozaik, jadi model dimensi, yaitu kata setelah konsep dan berkelanjutan.
“Pertama tentang judul dulu ya, Negara Bermartabat Konsep Politik Teknologi Berkelanjutan. Negara bermartabat di dunia ini sebenarnya tidak ada, dari suatu cita-cita, suatu impian yang juga bagi negara kita ini. Bagaimana negara bermartabat itu bisa dicapai? Negara bermartabat bukan kita menyebutkan saya bermartabat, Indonesia bermartabat, bukan, tapi pengakuan dari dunia bahwa bangsa Indonesia itu bermartabat. Nah, itu perlu ada suatu kontribusi dari bangsa kita kepada dunia, sehingga dunia mengatakan Indonesia itu bermartabat. Saya ulang, kalau kita di sini pernah melakukan sesuatu yang kamu dan saya adalah agen dari negara bermartabat itu, yaitu teknologi berkelanjutan, konsep untuk berkelanjutan,” papar Tutuka.
Dalam buku tersebut dijelaskan bahwa kemakmuran dan kecerdasan rakyat di antara bangsa-bangsa dunia seharusnya menjadi cita-cita negara kita. Untuk mencapai cita-cita ini dimulai dari pemerintah dan wakil-wakil rakyat yang berupaya dengan sepenuh keinginan untuk mencerdaskan bangsa dan memakmurkan rakyatnya secara adil dan merata.
Bermodalkan dari kekuatan bangsa sebagaimana dalam sejarah Indonesia yang heroik, berskala regional, dan berteknologi tinggi, semestinya bangsa Indonesia dapat mencapai cita-citanya.
Sejarah mencatat bahwa telah terjadi polemik pada masa lampau antara para pemikir bangsa pendahulu tentang bagaimana seharusnya membangun bangsa ini. Disinilah letak pentingnya negara mempunyai politik teknologi yang benar-benar tepat dan dapat dipertahankan oleh Pemerintah dan rakyatnya untuk jangka waktu beberapa dekade mendatang yang menunjang pencapaian tujuan akhir bangsa. (KDB)