KOGAS Lakukan Kajian CBM di Indonesia

KOGAS, perusahaan Korea yang mengkhususkan diri dalam teknologi fasilitas gas alam, berencana akan melakukan kajian sumber daya gas metana batubara (CBM) di Indonesia, bekerjasama dengan Lemigas Kementerian ESDM. Kerja sama juga berpeluang untuk dilakukan dalam pengembangan teknologi EOR khususnya CCS-EOR.

Demikian salah satu hasil pertemuan The 9th Indonesia-Korea Energy Forum (IKEF) dan The 6th Indonesia-Korea Joint Working Group (JWG)  on Gas yang diselenggarakan di Seoul, Rabu (7-8/9).  Delegasi Indonesia dipimpin oleh Direktur Jenderal Migas  IGN Wiratmaja Puja dan Delegasi Korea dipimpin oleh Chae Hee-bong,  Deputy Minister of Energy and Resources Policy-MOTIE.

Diskusi antara kedua negara, antara lain mengenai kerja sama dalam safety management energi, rencana pengembangan proyek-proyek listrik di Cirebon, Kalselteng dan Bali serta kerja sama dalam pengembangan SDM dan penelitian antara Korea dengan Indonesia.

Ketua delegasi dari masing-masing negara juga mendiskusikan mengenai peluang kerja sama dalam clean energy island, pemanfaatan small-scale LNG dan pengembangan SDM. Untuk menindaklanjuti hal tersebut, di antaranya dapat dilakukan melalui pembentukan task-force.

Dalam pertemuan tahunan tersebut, kedua ketua delegasi juga berkesempatan untuk menandatangani MOU mengenai Comprehensive Cooperation in Energy Safety Management System. Untuk menindaklanjuti MoU tersebut, telah didiskusikan mengenai pembentukan task-force dan juga rencana Working Group Meeting.

Selanjutnya pada tanggal 8 September 2016, Delegasi RI berkesempatan mengunjungi fasilitas LNG terminal yang terletak di Incheon. Kapasitas LNG terminal tersebut sebesar 2,88 juta KL yang terbagi menjadi 10 tanki di atas permukaan dan 10 tangki underground. LNG terminal di Incheon merupakan LNG terminal terbesar kedua di Korea Selatan setelah LNG terminal di Pyongtaek.

Selain itu, Delegasi berkesempatan melakukan kunjungan ke fasilitas penelitian Dimethyl Eter (DME) Clean Fuel Development milik KOGAS. Dari penjelasan KOGAS, perbedaan antara teknologi yang dimiliki oleh KOGAS saat ini dengan fasilitas DME di China adalah bahwa KOGAS mengembangkan teknologi one step process yang lebih efisien dibandingkan teknologi two step process dalam hal produksi DME. Adapun teknologi two step process akan lebih baik digunakan apabila fasilitas DME yang dirancang untuk menghasilkan produk methanol di samping DME.

KOGAS juga menyampaikan bahwa DME dapat dimungkinkan bersaing apabila harga gas (sebagai bahan baku DME) sekitar US$ 3-4/MMBTU dan menyampaikan bahwa peluang Indonesia mengembangkan DME sebagai bahan bakar sebenarnya cukup besar mengingat DME juga dapat dihasilkan dari batu bara serta bahan bakar lain yang cukup banyak tersedia di Indonesia.

Adapun untuk keekonomian, pihak KOGAS menyampaikan memerlukan biaya investasi minimal sekitar US$ 100 juta untuk  membangun fasilitas produksi sebesar 50 kton atau sekitar US$ 380 juta untuk fasilitas dengan kapasitas produksi 300 kton.

The 9th IKEF dan The 6th JWG on Gas pada 2017 akan diselenggarakan di Bali, Indonesia. Kerja sama Indonesia dan Korea di sektor energi telah terjalin sejak tahun 1979. IKEF terbentuk pada tahun 2006, bertujuan untuk meningkatkan kerja sama sektor energi, dengan melibatkan sektor swasta di kedua negara. Forum ini juga menjadi wadah baru, menggantikan  Joint Committee yang telah dilakukan selama 22 kali. The 1st IKEF dilaksanakan 25 Juli 2007 di Seoul, bersamaan dengan kunjungan kenegaraan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono. (TW)

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.