Jakarta, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi (Dirjen Migas) Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), Laode Sulaeman, menekankan pentingnya percepatan hilirisasi dan modernisasi infrastruktur migas guna mendukung ketahanan energi nasional. Hal tersebut disampaikan saat memberikan sambutan pada pembukaan Asia-Tech 2025 di DoubleTree Hotel Jakarta, Selasa (8/10).
Dalam sambutannya, Laode mengungkapkan bahwa permintaan energi global terus mengalami peningkatan. Berdasarkan laporan International Energy Agency (IEA), meskipun pertumbuhan permintaan gas bumi diperkirakan melambat pada 2025, tren tersebut akan kembali menguat pada 2026. Peningkatan pasokan Liquefied Natural Gas (LNG) diharapkan dapat menstabilkan pasar dan mendukung pertumbuhan permintaan di kawasan Asia.
“Pemanfaatan gas akan dimaksimalkan melalui strategi hilirisasi industri, peralihan bahan bakar dari turunan minyak ke gas, pengembangan jaringan pipa gas transmisi yang saling terhubung, serta pembangunan virtual pipeline cluster,” papar Laode.
Laode menambahkan bahwa diperlukan percepatan hilirisasi melalui kebijakan substitusi impor untuk mendorong kontribusi industri domestik dalam memanfaatkan gas sebagai bahan baku bagi produk-produk bernilai tambah. “Indonesia perlu menciptakan peluang baru melalui pengembangan industri petrokimia yang dapat menyerap sumber daya gas melimpah dari berbagai wilayah di tanah air,” lanjutnya.
Saat ini terdapat beberapa regulasi yang mengatur sektor hilir migas, antara lain Peraturan Pemerintah Nomor 36 Tahun 2004 tentang Usaha Hilir Minyak dan Gas Bumi, Peraturan Pemerintah Nomor 28 Tahun 2025 tentang Penyelenggaraan Perizinan Berusaha Berbasis Risiko, serta Peraturan Menteri ESDM Nomor 29 Tahun 2017 tentang Perizinan Usaha Minyak dan Gas Bumi.
Indonesia menghadapi peningkatan permintaan bahan bakar dan impor yang signifikan akibat menipisnya cadangan domestik. Ketahanan energi telah menjadi prioritas utama bagi Pemerintah dalam menghadapi berbagai tantangan strategis yang saling terkait.
“Seiring dengan transisi energi, sektor hilir migas menghadapi tantangan untuk menjadi lebih berkelanjutan. Peluang modernisasi infrastruktur melalui peningkatan rekayasa dan teknologi dapat menjadikan proses hilir lebih ramah lingkungan dan mendukung terciptanya low-carbon energy future. Infrastruktur hilir migas Indonesia, yang didukung oleh regulasi dan kebijakan hilir migas, sangat penting bagi ketahanan energi nasional,” pungkas Laode.
Asia-Tech 2025 ini merupakan forum tahunan berskala regional yang mempertemukan pelaku industri migas dari berbagai negara di Asia untuk bertukar pengetahuan, inovasi, dan praktik terbaik dalam pengembangan teknologi dan pengelolaan rantai pasok. Tahun 2025 ini, Asia-Tech diselenggarakan oleh Euro Petroleum Consultants (EPC) Ltd bekerja sama dengan Kilang Pertamina Internasional (KPI) dan dihadiri peserta yang terdiri atas pejabat Pemerintah, Pimpinan perusahaan migas, akademisi, serta pakar energi dari dalam dan luar negeri.
Laode berharap forum seperti ini dapat menjadi forum strategis bagi para pemangku kepentingan di industri migas Asia untuk berdiskusi, berbagi pengalaman, dan menjalin kolaborasi. “Kerja sama yang erat antara Pemerintah, pelaku usaha, dan para pemangku kepentingan lainnya menjadi kunci keberhasilan mewujudkan ketahanan energi sekaligus mendukung transisi energi,” tutupnya.
Pemerintah terus mengajak seluruh pelaku usaha, investor, dan mitra pembangunan untuk terus memperkuat sinergi dan berinovasi dalam mendukung hilirisasi migas yang berdaya saing, ramah lingkungan untuk mendukung transisi energi dan mewujudkan ketahanan energi nasional. (KDB)