Jakarta, Direktur Jenderal Minyak dan Gas Bumi KESDMIGN Wiratmajadidampingi Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soejipto, melakukan Penandatanganan LNG Sales Purchase Agreement (SPA) Kendaraan Tambang dan Komersial dari Lapangan Gas Mahakam LNG Bontang Tahun 2015 antara Pertamina, Total E&P Indonesia dan Inpex Corporation serta peresmian delapan infrastruktur hilir minyak dan gas bumi milik PT Pertamina (Persero), Selasa (14/7). Peresmian infrastruktur dipusatkan di Depot LPG Tanjung Priok, Jakarta Utara. Peresmian pengoperasian infrastruktur senilai Rp 687,3 miliar tersebut diharapkan dapat mendukung kemandirian energi nasional.
Kedelapan proyek tersebut adalah proyek relokasi dan penambahan kapasitas storage Depot LPG Tanjung Priok, pipanisasi Avtur dari Terminal BBM Tanjung Perak-DPPU Juanda Surabaya, fasilitas filling station LNG plant 26 Bontang, 3 fasilitas pengisian bahan bakar Liquefied Gas for Vehicle (LGV) dengan merek dagang Vigasdan dua unit Stasiun Pengisian Bahan Bakar Gas (SPBG) Online.
Proyek relokasi dan
penambahan kapasitas storage Depot LPG Tanjung Priok dilakukan dengan
memindahkan 10 tanki penimbunan LPG, filling shed dan fasilitas penunjang,
serta membangun tanki LPG baru berkapasitas 4x2.500 MT. Dengan demikian, proyek
senilai Rp440 miliar tersebut telah meningkatkan kapasitas tampung Depot LPG
Tanjung Priok dari 9.000 MT menjadi 19.000 MT sehingga keberadaannya semakin
vital bagi penyediaan LPG untuk wilayah Jawa Bagian Barat.
Pipanisasi Avtur dari Instalasi Surabaya Group di Tanjung Perak ke DPPU
sepanjang 35,19 km dengan kapasitas laju alir 200KL per jam itu telah menelan
investasi senilai Rp106,7 miliar. Dengan pipanisasi tersebut, Pertamina dapat
menghemat ongkos angkut Avtur sekitar Rp11,24 miliar per tahun.
Pembangunan fasilitas filling station LNG plant 26 Bontang senilai Rp8 miliar
dimaksudkan untuk mendorong lebih cepat program konversi BBM ke LNG, dengan
sasaran pertama perusahaan tambang yang beroperasi di Kalimantan. Apabila
seluruh potensi pasar LNG di Kalimantan dapat tergarap, maka program konversi
BBM ke LNG bisa memberikan potential saving sekitar US$770 juta per tahun dan
penghematan devisa US$2,5 miliar.
Adapun, tiga proyek fasilitas pengisian bahan bakar LGV telah dilaksanakan di
SPBU COCO Solo Baru, SPBU COCO Margonda, Depok, dan SPBU DODO di Bogor
masing-masing berkapasitas 6 MT dengan kapasitas pengisian dispenser 40-100
liter per menit. Dengan adanya proyek senilai total Rp4,7 miliar tersebut, kini
total jumlah SPBU yang menyediakan fasilitas pengisian bahan bakar LGV mencapai
21 unit.
Sementara itu, dua unit SPBG COCO online di Cililitan dan Pulogadung, Jakarta
Timur dengan total nilai investasi Rp127,9 miliar juga segera dioperasikan
untuk mendukung program konversi BBM ke bahan bakar gas. Masing-masing SPBG
tersebut memiliki kapasitas sebesar 1 mmscfd atau 30.000 liter setara premium.
Dalam sambutannya pada acara tersebut, Dirjen Migas IGN Wiratmaja mengapresiasi upaya Pertamina dalam mendukung program-program pemerintah, baik itu konversi Minyak Tanah ke LPG, hingga upaya konversi BBM ke BBG (Bahan Bakar Gas).
“Proyek-proyek infrastruktur yang diresmikan hari ini sangat penting untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia yang notabene masih sangat bergantung dengan bahan bakar minyak sebagai bahan bakar primer. Peresmian proyek ini merupakan salah satu milestone yang dibangun pertamina untuk memanfaatkan gas, sehingga diversifikasi BBM ke gas dapat berjalan dengan baik sehingga ketahanan energi nasional akan lebih baik kedepan,†papar Wiratmaja.
Menurut dia, Pertamina telah berkontribusi bagi upaya pemenuhan kebutuhan energi nasional dengan terus berinvestasi pada pembangunan infrastruktur energi sehingga memudahkan akses bagi masyarakat dalam mengakses energi yang berkualitas serta ramah lingkungan.
Pada kesempatan yang sama, Direktur Utama PT Pertamina Dwi Soetjiptomengungkapkan, Pertamina akan selalu pro aktif mendukung kebijakan pemerintah dengan melakukan pengembangan infrastruktur gas.
“Pengembangan infrastruktur adalah salah satu strategi yang menjadi prioritas Pertamina demi terbitnya kemandirian energi di Indonesia. Proyek-proyek ini merupakan upaya untuk mendorong masyarakat agar menggunakan bahan bakar gas yang lebih ramah lingkungan untuk kendaraan bermotor yang berdampak positif terhadap pengurangan biaya subsidi solar,†paparnya.(NOK)