Jakarta, Presiden Joko Widodo dalam waktu dekat akan mengundang Inpex dan Shell untuk mengetahui keseriusannya dalam mengelola Blok Masela yang berlokasi di Maluku. Sebelumnya, Menteri ESDM Sudirman Said pada Selasa (29/12) telah melaporkan hasil kajian yang dilakukan tim independen Poten dan Partners.
Menteri ESDM Sudirman Said kepada wartawan di Hotel Dharmawangsa, kemarin, menyampaikan, pihaknya telah menyampaikan hasil kajian yang dilakukan Poten dan Partners kepada Presiden Joko Widodo. Terhadap laporan tersebut, Presiden mengatakan dalam pengambilan keputusan mengenai Blok Masela, yang menjadi acuan utama adalah rekomendasi profesional. Selain itu, Pemerintah juga harus memperhatikan kepentingan yang lebih besar yaitu bagaimana keberadaan Blok Mahakam dapat berdampak signifikan bagi pembangunan wilayah tersebut.
Sebelum memberikan keputusan terkait pengembangan Blok Masela, lanjut Sudirman, Presiden akan mendengar terlebih dahulu paparan dari Inpex dan shell. Pertemuan tersebut direncanakan sepulang Presiden dari kunjungan kerja ke Papua.
“Dalam waktu dekat, sekembali dari Papua, Presiden akan mengundang Inpex dan Shell untuk mendengar concern langsung dan mudah-mudahan pada waktu itu kita putuskan. Saya kira itu suatu keputusan bijaksana. Kita ingin mendengar semua pihak dan insya Allah akan ada keputusan terbaik.,†kata Sudirman.
Penunjukan konsultan independen untuk melakukan kajian merupakan tindak lanjut arahan Presiden agar keputusan pengembangan Blok Masela dilakukan secara hati-hati, mengingat proyek ini termasuk besar.Pemilihan Poten dan Partners sebagai konsultan independen dilakukan secara transparan dan profesional.
Sekadar mengingatkan, SKK Migas tanggal 10 September 2015 telah menyampaikan surat rekomendasi revisi PoD I Lapangan Abadi Blok Masela kepada Menteri ESDM. Revisi bertujuan untuk pengembangan lapangan Abadi dan komersialisasi Blok Masela serta memproduksikan cadangan gas sebesar 10.37 TCF sampai dengan tahun 2048. Ruang lingkup revisi adalah pengeboran 9 sumur pengembangan dan pembangunan fasilitas produksi berupa subsea production system, FLNG kapasitas 7.5 MTPA dan logistic supply base.
Sebelumnya, berdasarkan kajian SKK Migas, secara teknis, waktu yang diperlukan untuk pengembangan Blok Masela di darat maupun laut relatif sama yaitu 45-50 bulan. Selain itu, dari aspek ekonomi, berdasarkan perhitungan tahun 2013, untuk pengembangan di darat dibutuhkan biaya US$ 19.3 miliar. Sedangkan di laut investasinya sebesar US$ 14,8 miliar.
Blok Masela dikelola oleh PT Inpex Inpex Masela Limited (65%) dan Shell Upstream Overseas Services Ltd (35%). Blok inimemiliki luas area lebih kurang 4.291,35 km², terletak di Laut Arafura, sekitar 800 km sebelah timur Kupang, Nusa Tenggara Timur atau lebih kurang 400 km di utara kota Darwin, Australia, dengan kedalaman laut 300-1000 meter. Kontrak kerja sama Blok Masela ditandatangani pada 16 November 1998 dan mendapat persetujuan PoD I pada 6 Desember 2010. (TW)