Wamen ESDM Hadiri The 5th Indonesia-US Energy Policy Dialogue

Dalam pertemuan yang berlangsung dua tahun sekali ini, Delegasi RI dipimpin oleh Dirjen Migas Kementerian ESDM A. Edy Hermantoro. Sementara Delegasi AS dipimpin oleh Dr. Phyllis Yosida, Deputy Assistant Secretary for Asia, Europe and America.

Wamen Susilo Siswoutomo sebagai keynote speaker dalam acara ini mengemukakan, perkembangan ekonomi dunia yang pesat selama beberapa dekade terakhir, telah menyebabkan meningkatnya konsumsi energi, terutama dalam sektor industri dan di perkotaan. Sementara di beberapa negara, pasokan energi stagnan karena berbagai faktor seperti menurunnya cadangan, kurangnya investasi dan keterbatasan teknologi. Indonesia merupakan salah satu negara yang mengalami masalah tersebut.

Di masa lalu, papar Wamen, Indonesia merupakan salah satu pengekspor minyak utama di dunia. Namun setelah puncak produksi tahun 1996, produksi minyak terus mengalami penurunan hingga saat ini. Untuk mengatasi hal tersebut, pelbagai langkah telah dilakukan. Namun hasilnya belum menggembirakan karena tidak ada penemuan cadangan minyak baru dalam jumlah besar. Di sisi lain, permintaan energi di dalam negeri terus meningkat sebagai dampak pertumbuhan ekonomi nasional dan industri. Belum lagi besaran subsidi BBM yang terus meningkat.

“Oleh karena itu, ketergantungan pada bahan bakar fosil harus dikurangi untuk menjaga keseimbangan anggaran negara dan untuk memastikan ketahanan energi nasional,” tambah Susilo.

Lebih lanjut ia memaparkan, minyak dan gas bumi berperan penting bagi Indonesia. Selain sebagai salah satu sumber pendapatan negara, minyak juga merupakan sumber bahan baku industri dan penciptaan efek berantai. Karenanya, Pemerintah Indonesia akan terus meningkatkan produksi minyak dan sekaligus mengurangi ketergantungan pada minyak melalui diversifikasi energi dengan memanfaatkan sumber-sumber energi yang berlimpah seperti panas bumi dan geothermal.

Sementara produksi minyak dan gas menurun, ujar Susilo,  produksi beberapa lapangan meningkat. Selain itu juga dilakukan pengembangan beberapa lapangan baru seperti Masela, Natuna, Donggi Senoro dan Tangguh. Pemerintah Indonesia juga telah melakukan upaya percepatan pemanfaatan gas gas bumi melalui kebijakan diversifikasi BBM ke gas. Namun kebijakan ini juga tidak mudah karena keterbatasan infrastruktur dan modal dalam mengembangkan industri gas.

“Kondisi ini merupakan kesempatan bagi Amerika Serikat untuk berinvestasi di Indonesia. Memang dalam beberapa tahun terakhir, terjadi gejolak keuangan di AS yang mempengaruhi investasi energinya di Indonesia. Tapi kami percaya, dengan membaiknya situasi ekonomi di AS dan banyaknya pengalaman di Indonesia, investor AS akan terus meningkatkan investasinya di Indonesia di masa depan,” ujar Susilo.

Wamen ESDM juga mengharapkan agar pertemuan kedua negara ini dapat meningkatkan kerja sama yang telah terjalin, mencari solusi atas permasalahan yang timbul serta merumuskan langkah bersama untuk membentuk proyek-proyek baru.

Pada pertemuan itu, secara bergantian disampaikan kebijakan energi nasional serta dilakukan pembahasan hal-hal terkait minyak dan gas bumi, transportasi energi, kelistrikan dan pengembangan energi baru terbarukan, program efisiensi energi dan investasi bidang energi. Kedua negara juga akan membicarakan proyek-proyek bidang energi yang sudah berjalan.

Kerja sama Indonesia dan USA dalam wadah RI-USA Energy Bilateral Consultations Meeting telah dimulai  tahun 1990 dan kemudian berkembang menjadi RI-US Energy Policy Dialoque (EPD) sejak tahun 2005, sebagai tindak lanjut pertemuan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono dan Presiden Amerika Serikat Barack Obama.  (TW)

Kementerian ESDM
Direktorat Jenderal Minyak dan Gas Bumi
Gedung Ibnu Sutowo St. H.R Rasuna Said Kav. B-5, Jakarta 129100
Telp: 021-5268910. Fax: 021-5268979.
Media Sosial
Call Center
136
Copyright © 2024. Kementerian ESDM Ditjen Migas. All Rights Reserved.